Logika-logika
yang terkandung dalam AL-Qur’an akan ada perbedaan dengan logika yang
terkandung pada alam. Logika alam mengatakan bahwa perubahan dipengaruhi oleh
lingkungan. Logika Tuhan mengatakan bahwa segala perubahan tergantung dari
dalam diri sendiri.
Sebagaimana
saya jelaskan logika Tuhan adalah ilmu tentang berpikir. Berpikir dengan logika
Tuhan akan membantu kita dalam mengambil keputusan. Keputusan yang dihasilkan
kadang tidak akan sama dengan keputusan orang lain bahkan akan dianggap asing,
karena tidak memenuhi kriteria logika alam yang biasa dipahami banyak orang.
Jangan takut untuk dikatakan beda, jika itu memang
benar menurut anda. Sesungguhnya mereka-mereka yang berani berubah dan tampil
beda dengan ilmu baru yang mereka miliki, harus siap dengan beberapa konsekuensi.
Di dalam Al-Qur’an kita akan temukan beberapa
konsekuensi yang harus dihadapi oleh para pembaharu. Salah satu pembawa
pembaharuan di tanah Arab saat itu adalah Nabi Muhammad saw. Beberapa
konsekuensi telah diterima oleh Nabi Muhammad saw dan terekam jelas dalam
Al-Qur’an.
Sebagaimana diterima oleh Nabi Muhammad saw, para
pembaharu di zaman sekarang akan mendapatkan konsekuensi seperti yang pernah
terjadi pada Nabi Muhammad. Konsekuensi-konsekuensi tersebut terjadi sebagai
berikut:
Mendapat julukan
“orang gila”
“Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa
teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al Araaf:184).
“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al
Qur'an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila”. (Al Hijr:6)
“Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya
(Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran
kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran”. (Al Mukminuun:70)
“Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang
diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". (Asy Syuraa:27)
Mendapat julukan
tukang sihir
“Maka dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama
tentaranya, dan berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang
gila". (Adz Dzaariyat:39)
“Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata:
"Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,” (Al Araaf:109)
“Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang
ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata." (Yunus:2)
Mendapat julukan
pembohong
“Dan orang-orang kafir berkata: "Al Qur'an ini
tidak lain hanyalah kebohongan yang
diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka
sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kedzaliman dan dusta yang besar.” (Al
Furqaan:4)
Mendapat olok-olokkan
“Dan tidak datang seorang rasul pun kepada mereka,
melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.”
(Al Hijr:11)
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada
orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (`adzab) olok-olokan
mereka. (Al Anaam:10)
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di
dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
pembicaraan yang lain.” (An Nisaa:140)
Keterangan di atas memberikan informasi kepada kita
bahwa para Rasul sebagai pembaharu memiliki pemikiran yang berbeda dengan kontek
pemikiran masyarakat biasa. Kontek pemikiran biasa tersebut adalah mereka yang
terlalu fokus pada pemikiran material.
Pola-pola berlogika yang ada dalam Al-Qur’an berbeda
dengan pola berlogika dari alam. Untuk itulah mereka yang konsen mengembangkan
logika-logika dari Al-Qur’an akan mendapatkan seperti yang didapatkan para
Rasul tempo dulu.
Maka jika saudara sudah memahami beberapa logika dari
Al-Quran dan terjadi perbedaan dengan logika-logika alam, maka akan datang julukan gila, tukang sihir, pendusta, dan
diolok-olok, maka bersyukurlah karena bisa jadi yang diolok-olok adalah mereka
yang lebih baik dihadapan Tuhan. Wallahu ‘alam.
(Muhammad Plato @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment