Diminta atau tidak, setiap
kejadian penyebabnya adalah takdir Tuhan. Itulah jawaban arif dan bijaksana
ketika murid-murid bertanya kenapa harus hijrah (pindah)? Jawaban ini akan
menghindarkan yang ditanya dan penanya dari fitnah akibat munculnya spekulasi
pikiran negatif. Namun karena sifat manusia termasuk rational animal, jawaban itu tidak lantas membuat penanya puas,
sekalipun pada hakikatnya jawaban di atas benar.
Baiklah agar anggapan kita tidak
negatif dan terhindar dari fitnah, Saya akan menjelaskan alasan rasional
mengapa memutuskan pindah di tahun ke empat masa kepemimpinan. Dasar saya dalam
mengambil keputusan bersumber dari dua sumber kebenaran yaitu agama (hadis),
fakta, dan logika. Seperti yang sudah kita diskusikan di kelas, bahwa untuk
mengemukakan kebenaran minimalnya kita harus berpegang pada empat ukuran
kebenaran yaitu, agama (wahyu/hadis), kenyataan, logika, dan persamaan pendapat
(kutipan, pendapat ahli).
Keputusan saya hijrah rahasianya
terletak pada angka Empat. Rahasia angka empat akan saya ungkap dari penjelasan
Ibnu Khaldun pengarang buku monumental berjudul Mukaddimah. Ibnu Khaldun
mengungkap rahasia angka empat dari ayat berikut:
“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun..
". (Al Qaf:15)
Menurut Ibnu Khaldun, makna empat
puluh tahun tersebut adalah punahnya empat generasi yang hidup dan lahirnya
generasi baru. Beliau menyimpulkan bahwa usia empat puluh tahun merupakan usia
suatu generasi dan sama dengan usia satu orang.
Dari ayat ini Ibnu Khaldun berkeyakinan bahwa sebuah pemerintahan akan bertahan tidak akan lebih dari tiga generasi. Alasannya generasi pertama masih memiliki idealisme, generasi kedua mulai menikmati kekayaan dan muncul sikap malas-malasan, generasi ketiga mulai kehilangan kebanggaan, terlena karena terlalu larut dengan kesenangan hidup, dan menjadi beban. Pada akhirnya kehancuran akan terjadi pada generasi keempat.
Hukum empat generasi yang
dikemukakan Ibnu Khaldun, dikuatkan oleh hadis; “Sesungguhnya orang mulia, putra orang mulia, putra orang mulia, putra
orang mulia, putra orang mulia adalah Yusuf bin Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim.
(Hr. Al Bukhari).
Menurut Ibnu Khaldun, hadis ini
memberi hikmah bahwa empat generasi merupakan puncak kebesaran. Dalam Taurat
disebutkan, “Allah Tuhan mu adalah Dzat yang mengawasi, dan mencemburui. Dia
akan meminta pertanggung jawaban dosa-dosa orang tua kepada anaknya selama tiga
hingga empat generasi”.
Dari Hukum Empat Generasi yang
dikemukakan Ibnu Khaldun, saya mengambil hikmah bahwa kepemimpinan efektif hanya
akan bertahan selama tiga tahun, dan mengalami kejenuhan di tahun ke empat. Dari
hasil analisa saya, pada tahun ke empat, kepemimpinan mengalami penurunan daya
kreasi, akibat jenuh menghadapi
tantangan yang relatif tidak mengalami perubahan.
Menurut Rhenal Kasali, perjalanan
hidup berlaku siklus seperti kurva s terbalik, ada gunung dan lembah, demikian
juga fenomena kepemimpinan. Keputusan yang tepat untuk melakukan perubahan
harus dilakukan pada saat kepemimpinan ada di puncak. Sebagaimana dijelaskan,
puncak kepemimpinan maksimalnya terjadi pada tahun ke empat. Maka dari itu untuk
menyelamatkan kepemimpinan pada tahun keempat mau tidak mau harus segera
melakukan perubahan mumpung masih ada di puncak.
Keuntungan melakukan perubahan saat
dipuncak, dapat memperkecil dampak krisis yang diakibatkan oleh perubahan. Setiap
perubahan akan membuat posisi kepemimpinan kembali ke lembah, namun lembah yang
tidak dalam. Kondisinya akan berbeda jika perubahan dilakukan saat posisi sudah
di bawah, maka posisi lembah kepemimpinan akan semakin dalam dan bisa tenggelam
dalam kehinaan.
Fakta, orang-orang Cina memiliki
kepercayaan, untuk menjaga kerajaan bisnisnya tetap jaya, maka pada generasi
keempat mau tidak mau, mereka akan melakukan perubahan. Alternatif perubahan
yang bisa dilakukan adalah reorganisasi struktur birokrasi, meningkatkan target
pencapaian atau pindah (hijrah). Pindah ini bisa diartikan pindah tempat, atau
ganti haluan bisnis.
Salah satunya tindakan ini
dilakukan oleh perusahan rokok H.M. Sampoerna. Pada pemilik perusahaan generasi
keempat, perusahaan ini menjual seluruh aset perusahaan rokoknya ke Philip
Moris, padahal produksi rokok saat itu sedang mengalami puncak kejayaan. Tetapi
dengan kepercayaan yang mereka miliki, mereka memutuskan untuk beralih bisnis
ke bidang konstruksi dan ritel. Sungguh sebuah keputusan yang berani namun hasilnya
mereka tetap jaya, dimulai pada generasi ke satu dalam bisnisnya yang baru.
Maka berdasarkan hukum empat
generasi ini, di masa kepemimpinan empat tahun, saya memutuskan untuk melakukan
perubahan dengan melakukan hijrah, pindah tempat untuk mencari tantangan baru,
dan membuat lembah baru dengan tujuan menyelematkan kepemimpinan di tempat asal
dari ketergantungan, kejenuhan, dan konflik internal.
Keputusan ini diambil atas dasar
pertimbangan pribadi berdasarkan pengetahuan dalil, teori, dan hukum yang saya
ketahui, namun karena didasari oleh dalil, teori, dan hukum yang berlaku, maka
sesungguhnya keputusan ini untuk kepentingan orang banyak. Jika saya egois,
saya akan bertahan dan tidak peduli terhadap kondisi yang sudah tidak kondusif
dan mulai muncul bibit-bibit konflik negatif.
Dan keputusan ini sudah jadi takdir
Tuhan. Setiap takdir Tuhan harus dibaca atas nama Tuhan. Takdir Tuhan selalu bertujuan
untuk keharmonisan, dan kesejahteraan manusia agar tetap berada pada posisi
puncak kejayaan. Demikian semoga menjadi
hikmah bagi kita semua. Wallahu ‘alam.
(Muhammad Plato Follow
@logika_Tuhan)
saya sangat berterimakasih atas dedikasi bapak selama bertahun-tahun di tanah kelahiran, terlebih memberikan ilmu trutama mengenai konsep berpikir, yang sampai saat ini saya gunakan dan kembangkan. semoga dapat menciptakan puncak-puncak dari setiap lembah yg bapak tapaki.
ReplyDeletealhamdulilah...semoga tanaman itu tumbuh subur sekalipun di tanah-tanah yang kering. tanaman itu adalah murid-murid yang berpikir dan bekerja keras di jalan Tuhan, Allah swt. amin.
ReplyDelete