Keburukan memang datang dari
luar diri kita, tetapi penyebabnya ada dalam diri kita sendiri. Santet
(keburukan) memang dikirim dari luar diri kita, tetapi kita sendiri yang
menyediakan tempatnya. Itulah pola berpikir yang diajarkan oleh Tuhan kepada
kita.
Saya masih ingin bahas tentang
kasus SAKIT YANG DIDERITA IBU TIANA, yang menurut beliau akibat santet. Kita coba analisis dialog ibu Tiana dengan
Bapaknya. Kisah ini sebelumnya sudah saya bahas pada artikel PRILAKU STANDAR
DARI TUHAN.
Kisah ini ada dalam Buku
berjudul “Korban Santet Kisah Nyata”, karya Tiana Amarilis Kasih (2010). Buku
berisi pengalaman, bagaimana Ibu Tiana berusaha untuk sembuh dari penyakit yang
menurut beliau akibat Santet. Dia obati penyakit tersebut dengan berbagai cara medis
atau pun non medis.
Menurut analisa saya, inilah
penyebab sakit (santet) yang sulit disembuhkan itu. Sebabnya karena sebuah
dialog sederhana tetapi mengandung pengingkaran terhadap KEKUASAAN TUHAN yang
maha besar. Perhatikan dialog di bawah ini dengan seksama;
“kamu harus bertahan. Jangan
mengundurkan diri. Siapa yang akan membuat laporan keuangan ke Bank? Tiana. Apa
pergi dari kampung ke Bandung karena dikejar gerombolan DI/TII. Di Bandung
tidak ada seorangpun yang Apa (Bapak) kenal, tekad Apa hanya ingin
menyelematkan keluarga. Kamu pikir semua ini tercipta seketika? Apa
membangunnya sedikit demi sedikit. Cobaan selalu ada, tetapi apa selalu
bertahan, BEKERJA DAN BERDOALAH ALLAH
AKAN MEMBERI JALAN”.
Kata-kata cetak tebal adalah
bukti bahwa orang tua ibu Tiana sudah mengarahkan anaknya untuk bertauhid
kepada Allah. Tapi jawaban Ibu Tiana terlihat dalam dialog dibawah ini.
“Tapi bagaimana bisa ada
jalan, kalau tetap dalam kondisi sekarang, bagaimana mampu membayar bunga dan
cicilan? Kita Over Investment! Tanah lima hektar, bangunan pabrik 10000 m
persegi, sedangkan mesin weaving hanya 50 unit, hasil produksi hanya 250.000
m/bulan. Hutang bunga per bulan 135 juta dan hutang pokok 5 milyar. Untuk bisa
bayar bunga dan utang pokok harga kain mau dijual berapa? SAMPAI KAPAN PUN KITA TIDAK AKAN MAMPU MEMBAYAR UTANG. Tiana sudah
membuat bisnis plan dan meminta direstructure pinjaman kita, dan tambahan
modal, tapi Bank Menolak”.
Kata-kata yang dicetak tebal,
membuktikan bahwa Ibu Tiana sudah putus asa. Orang-orang putus asa adalah
mereka yang sudah tidak punya lagi harapan, akibat tidak berharap kepada Tuhan.
Maka dari itu, kata-kata ibu Tiana secara tidak sadar telah mengabaikan atau
MENIADAKAN keberadaan Tuhan sebagai YANG MAHA KUASA. Ibu Tiana telah meniadakan
Tuhan, yang bisa mengubah keadaan sulit menjadi mudah. Maaf sekali, jika kita
perhatikan kata-kata Ibu Tiana, sudah masuk pada kategori orang-orang yang
tidak percaya Tuhan (kafir).
Kita lihat, orang tua Ibu
Tiana masih mencoba mengarahkan ketauhidan anaknya. Kita perhatikan dialog lanjutan
dari orang tua ibu Tiana di bawah ini;
“kamu pikir, bisnis hanya
hitung-hitungan angka saja? ADA FAKTOR
LAIN, DAN MEMOHONLAH KEPADA ALLAH PASTI ADA JALAN!”.
Berikutnya, inilah tindakan
Ibu Tiana terhadap nasehat orang tuanya. Tindakan yang menyakit orang tua
sekaligus pengingkaran terhadap Tuhan.
“AKU TIDAK PEDULIKAN BAPAKKU. Aku tetap keluar dan pergi ke Jakarta
mencari kerja, menjadi orang gajian. Sejak itu, jika aku pulang ke rumah
bertahun-tahun Bapakku selalu menghindar untuk bertemu dan berbicara dengan ku,
jiwanya terluka, sekarang aku bersimpuh dipangkuannya untuk memohon doa
restu”.
Inilah kategori dosa besar
berlapis-lapis yang dilakukan ibu Tiana. Ini penyebab menempelnya segala
keburukan dalam jiwa ibu Tiana. Gunung saja hancur luluh berantakan karena
takut kepada Tuhan, namun manusia yang hakikatnya bodoh dengan enteng
mengabaikannya. Inilah penyebab penderitaan Ibu Tiana, ber tahun-tahun jiwanya
sakit dan sulit disembuhkan.
Itulah penyebab penyakit tak
terdekteksi yang dialami ibu Tiana, yaitu dosa besar akibat tidak berbakti kepada ibu
bapak, plus kafir kepada Tuhan. Mari
kita Ikuti segala petunjuk dari Tuhan dan perhatikan, siapa yang mengikutinya
akan hidup sejahtera di dunia dan akhirat. Sesungguhnya, Tuhanlah yang maha tahu, dan manusia tidak tahu.Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment