Pernyataan ini dilontarkan kepada
murid-murid di kelas. “Tidak ada pendapat yang salah”. Mau tahu kenapa?
Murid-murid terlihat bingung dan isi otaknya mulai berpikir mengaduk-ngaduk
pengetahuan yang ada di kepalanya. Dari sekian murid, ada beberapa yang mencoba
menjawab.
Salah satu murid menjawab,
“karena setiap orang punya sudut pandang”. Murid lainnya, “karena setiap orang
beda pemahaman”.
Lalu saya ajukan pertanyaan lagi,
“mengapa setiap orang memiliki sudut pandang, dan berbeda pemahaman? Mereka
mulai mengaduk-ngaduk isi kepalanya. Setelah beberapa menit tidak ada yang mengemukakan
pendapat.
Lalu saya ajukan contoh kasus.
“apa yang harus dilakukan ketika mendapat hinaan dari orang lain?” jawabannya
saya sediakan, (1) membalas setimpal (2) mengacuhkan (3) membalas dengan
kebaikan. Jawaban murid-murid beragam, dengan berbagai macam alasan.
Lalu saya ajukan pertanyaan lagi,
“apakah penyebab terjadinya perbedaan pendapat di antara kalian dalam kasus
ini? Jawaban mereka kembali ke asal yaitu karena beda sudut pandang dan beda
pemahaman. Lalu saya ulang lagi pertanyaanya, “mengapa bisa terjadi perbedaan
pendapat dan pemahaman?” Hening...! Kelihatannya murid-murid sudah mulai
menyerah.
Saya coba jelaskan, penyebab
terjadinya perbedaan pendapat dan pemahaman karena masing-masing orang dibatasi
oleh PENGETAHUAN yang dimilikinya. Apa yang orang kemukakan tidak lepas dari
isi pengetahuan yang ada di dalam kepalanya. Mereka yang mengatakan jika dihina
harus dibalas dengan hinaan setimpal karena pengetahuannya hanya itu. Pendapat
itu dianggap sebagai hal yang benar menurut pengetahuannya.
Maka dari itu tidak ada pendapat
yang salah, karena setiap orang berpendapat berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya. Karena kenyataannya demikian, kita tidak bisa menyalahkan pendapat
orang karena itulah kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki setiap orang.
Maka dari itu, dilarang
menyalahkan pendapat orang lain, karena menyalahkan pendapat orang lain sama
dengan pemaksaan kehendak terhadap orang lain agar mengakui sudut pandang
berdasar pengetahuan yang kita miliki. Sikap seharusnya adalah menghargai,
memaklumi, setiap pendapat orang lain.
Tetapi faktanya ada pendapat yang
benar dan salah? Hal ini terjadi karena, kebetulan ada pengetahuan yang sama
dimiliki sehingga melahirkan kesamaan pandangan atau pemahaman. Dengan dasar
itulah sering keluar kata benar (sependapat), atau salah (tidak sependapat). Metode
berpikir seperti ini digunakan para ustad dan ulama, yang dalam berpendapat
selalu mengutip pendapat-pendapat penafsir terdahulu yang menurut mereka sangat
dipercaya memiliki kemampuan dalam menemukan sebuah kebenaran. Diantaranya
empat pemikir yang melahirkan empat madzab dalam agama Islam.
Selain itu, apakah yang menjadi
dasar sesuatu bisa dikatakan benar? Hemat saya, hal ini tidak lepas dari tiga
ukuran. Pertama, kebenaran dipahami jika sesuatu mengandung hubungan langsung
sebab akibat (logis). Kedua, mengandung kesesuaian dengan fakta (empiris).
Ketiga, didasarkan pada pengetahuan non rasional yaitu wahyu (Tuhan).
Contoh kebenaran logika
(sebab-akibat), “ketika 1000 ekor biri-biri kencing di hulu, maka terjadilah
banjir di hilir”. Berdasarkan logika, pernyataan ini tidak benar karena volume
air kencing dari 1000 ekor biri-biri tidak mungkin menjadi penyebab langsung
banjir.
Namun demikian, pernyataan di
atas bisa saja benar, jika disisipkan sebab yang lain. Misalnya, “ketika di
hulu hujan lebat, 1000 ekor biri-biri kencing, maka terjadilah banjir di
hilir.” Secara tidak langsung air kencing biri-biri bisa menjadi andil sebagai
penyebab terjadinya banjir sekalipun hanya sekian persen saja. Tapi tetap saja
orang akan mengatakan tidak benar, karena kencing biri-biri bukan sebagai
penyebab langsung terjadinya banjir.
Jadi sesuatu bisa dikatakan benar
jika memiliki hubungan sebab akibat secara langsung. Itulah ukuran kebenaran
logika.
Kebenaran logika bisa jadi
selaras dengan kebenaran nyata (empiris), bisa jadi bertolak belakang. Contoh
kebenaran empiris, pada tahun 570 telah lahir seorang Rasul bernama Nabi
Muhammad saw. Hal ini benar karena sesuai dengan kenyataan. Sesuai dengan
kenyataan, orang yang memakai kopiah, baju koko, dan sarung, sering disebut
ustad, padahal logisnya ustad adalah gelar bagi orang-orang yang bertugas
mengajarkan ilmu pengetahuan.
Kebenaran Tuhan adalah kebenaran
yang bersumber pada pengetahuan dari wahyu Tuhan. Sifat kebenaran wahyu
menyangkut kebenaran logika dan nyata. Contoh adalah ajaran poligami. Secara
fakta poligami dianggap ajaran yang memberikan rasa tidak adil terhadap kaum
perempuan. Berdasarkan logika, poligami memiliki tujuan-tujuan baik diantaranya
pemerataan kesejahteraan, mengangkat harkat derajat kaum perempuan. Faktanya
jika kegiatan poligami dilakukan dengan mempertimbangkan rasa keadilan,
poligami bisa mensejahterakan baik untuk laki-laki maupun wanita.
Kesimpulannya, tidak ada pendapat
yang salah karena pemahaman orang sangat tergantung kepada pengetahuan yang
dimilikinya. Hukumnya tidak boleh saling menyalahkan, kecuali kita harus saling
tukar pendapat dan biarkan setiap orang untuk memikirkannya. Kesadaran untuk
membenarkan dan menyalahkan harus datang dari setiap individu, tidak boleh atas
dasar paksaan.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an,
menyalahkan, mengkafirkan, menjelekkan, mencemooh, pendapat orang lain sama
dengan menentang terhadap perintah Tuhan. Semoga kita semua diberi kecerdasan
oleh Tuhan, Allah swt. wallahu ‘alam.
sangat bermanfaat sekali pak, saya jadi ingat waktu sma belajar logika-logika tuhan. terus posting ya pak..
ReplyDelete