Perhatikan dan dengarkan oborlan
orang-orang sehari-hari. Banyak pernyataan-pernyataan yang dinilai tidak
berdasarkan pada keimanan kepada Tuhan. Salah satu landasan keimanan yang
paling banyak dilanggar oleh manusia adalah beriman kepada Takdir.
“Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka
(kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui
siapa orang-orang yang beriman”. (Ali Imran:166)
Beriman kepada takdir artinya
berkomitmen bahwa segala kejadian yang terjadi pada alam dan diri kita adalah
kehendak Tuhan. Kalau menggunakan logika, beriman kepada takdir artinya percaya
bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini DISEBABKAN oleh kehendak
Tuhan.
Kalau tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan cari definisi lain. Setiap orang diberi kebebasan untuk memahami konsep berdasarkan pengetahuannya masing-masing. Tidak usah pakai marah dan berpikiran negatif.
Suatu hari perjalanan rombongan
ke Bali digeser satu hari karena pesawat rusak tidak bisa dipaksakan terbang.
Lalu penerbangan dilaihkan ke bandara lain, dengan jadwal terbang jam 16.00.
Lalu seseorang dengan pengetahuan yang dimilikinya, mengusulkan untuk menggeser
penerbangan ke jam 21 malam. Dengan alasan bahwa pada jam 16-18, termasuk
penerbangan yang paling beresiko kecelakaan karena pada jam itu sedang terjadi
pergantian cuaca. Banyak orang menghindari penerbangan jam 16.00 karena dapat beresiko kecelakaan dan bisa juga berakhir dengan kematian.
Kawan saya berpikir dengan logika
material. Konstruksi logikanya sebagai berikut;
“Jangan terbang
pakai pesawat jam 16.00 (akibat)”
“Jam tersebut
sering terjadi kecelakaan, dan terjadi kematian (sebab)”.
Flight to Lombok
Jika pola berpikir material
seperti di atas kita aplikasikan dalam kehidupan, maka akan terjadi kesalahan
dalam bertindak. Dengan pola pikir di atas, kita akan kena resiko bertindak
bukan atas dasar kehendak Tuhan, tapi karena fakta empiris seringnya terjadi kecelakaan di
penerbangan jam 16.00. Secara akidah pola pikir ini telah menyimpang dari
keimanan kepada takdir Tuhan.
Pola pikir material sebenarnya
lucu. Jika penyebab kematian adalah kecelakaan pesawat jam 16.00, semestinya
orang-orang menghindari penerbangan jam 16.00. Faktanya, jumlah penumpang
pesawat tetap banyak, dan maskapai penerbangan semakin ketat mengatur jadwal
penerbangan jam demi jam termasuk di jam 16.00.
Fakta ini menandakan bukti bahwa
berpola pikir material seperti di atas tidak benar, karena menjadikan manusia tidak
konsisten. Orang-orang seperti ini termasuk yang dibenci Tuhan, karena orang itu banyak bicara tetapi tidak sesuai dengan tindakannya.
Menurut pendapat saya, pola pikir
yang benar jika kita ingin tetap beriman kepada takdir Tuhan, dan bejiwa
tenang, berpikirnya harus langsung menjadikan Tuhan sebagai sebab. Jangan
menjadikan ada sebab perantara antara kita dengan Tuhan.
Dalam setiap tindakan tugas kita hanya, "berhati-hatilah di jalan!". Berhati-hati di jalan artinya apa? Ketika diperjalanan ingatlah selalu kepada takdir Tuhan, agar jika kematian datang tercatat sebagai orang yang mati di jalan Tuhan.
Terbang jam berapapun dengan pesawat, kita selalu ada dalam takdir Tuhan. Kematian dan kecelakaan adalah kehendak Tuhan. Dengan demikian, tugas manusia itu sederhana, yaitu membaikkan segala urusan, agar meninggal dalam kebaikan di jalan Tuhan. Walahu 'alam.
No comments:
Post a Comment