Tulisan ini bertujuan saling mengingatkan, karena ada kasus orang tua yang membajak ayat Tuhan dengan memosisikan
dirinya sebagai Tuhan. Memaksa anak-anaknya melakukan sesuatu di luar
kemampuan. Membebani anak-anaknya memenuhi keinginannya di luar kemampuan.
Lalu orang tua mengancam layaknya Tuhan, dengan kutukan-kutukan yang sangat menyeramkan.
Orang tua itu lupa bahwa Tuhan tidak
pernah memaksa. Orang tua itu lupa, bahwa segala sesuatu berada di atas
kehendak Tuhan. Jika menginginkan sesuatu, seharusnya orang tua memaksa kepada
Tuhan bukan kepada anak-anaknya.
Ada juga kasus, seorang anak berusaha
melanggar perintah Tuhan demi untuk memenuhi keinginan orang tua. Alasannya takut melukai
hati orang tua, dan tidak mendapat ridha Tuhan. Kemudian Dia berlaku tidak sabar, tergesa-gesa
seperti setan, melukai orang-orang terdekatnya, membuat perselingkuhan,
berdusta, tidak berani jujur, karena ingin memenuhi keinginan orang tua.
Benar! Ibu memiliki kedudukan
tiga kali lebih tinggi dari Bapak. Benar! Kebaikan untuk anak-anak akan
terhambat karena tidak ada restu dari orang tua terutama ibu. Benar! Posisi Ibu
Bapak jadi penentu keberhasilan anak, dan telah ditetapkan Tuhan dalam
Firman-Nya;
“...janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin ...Kami akan memberi rezeki
kepadamu dan kepada mereka; (Al An’aam:151).
Sekalipun kedudukan ibu menjadi
penentu keberhasilan anak, namun perlu diwaspadai, kedudukan ibu, bapak, bukan
sebagai Tuhan. Tugas anak terhadap ibu bapak adalah berbuat baik bukan taat, patuh,
dan menyembah.
Perlu diingat juga, perintah
berbuat baik bukan hanya kepada orang tua, tapi lihat ayat di atas, kepada kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Berbuat baik kepada kaum
kerabat bukan hanya diukur dari hubungan darah tapi orang-orang baik yang ada
di sekeliling kita. Karena kekeraban ada dua dasar yaitu hubungan darah dan
hubungan baik. Jadi selain ibu bapak yang berhak mendapat pelakukan baik juga orang-orang
baik disekeliling kita, termasuk anak-anak yatim, dan fakir miskin.
Lalu bagaimanakah cara berbuat
baik kepada ibu bapak? Jika kita perhatikan kata perintah berbuat baik kepada ibu bapak (orang tua), berkaitan langsung
(dituliskan satu redaksi) dengan kata-kata kerja sebagai berikut:
“kata-kata baik, shalat,
zakat, memenuhi janji”. (Al Baqarah:83).
“jangan
menyekutukan, jangan membunuh dan berbuat keji," (Al An’aam:151)
"Berkata mulia,
jangan membentak," (Al Israa:23)
“berbakti”
(Maryam:14).
“berjihadlah,
Berserah diri, berpegang pada tali Allah” (Al Hajj:78)
Dari kata-kata yang terkandung dalam lima ayat di atas, tidak ditemukan perintah secara langsung kepada seorang anak untuk patuh, taat, kepada ibu bapak atau orang tua. Taat dan patuh hanya kepada Allah swt. semata. Allah adalah Pendominasi, Pengendali, Penentu, Penguasa, Raja, seluruh manusia. Tidak boleh ada yang mendominasi manusia selain Allah, sekalipun orang tua.
Perintah Allah kepada setiap anak
adalah memperlakukan orang tuanya dengan baik atau berbakti dengan sebaik-baiknya.
Berbuat baik dengan sungguh-sungguh (sesuai kemampuan), mulai dari berkata-kata
mulia (agar bahagia), jangan membentak (agar tidak sakit hati), memenuhi janji
kepadanya, memberi nafkah (sedekah sekalipun dengan doa), tidak membunuh, dan mendoakan
(shalat).
Berlaku baik tidak sama dengan
berlaku patuh atau taat kepada orang Tua. Mengikuti apa keinginan orang tua
tidak dalam arti patuh, tetapi sebagai bentuk ketaatan anak kepada perintah Allah,
bahwa anak harus berbuat baik pada ibu bapak.
Tidak semua keinginan orang tua
harus dipenuhi. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an; “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al Israa:23). Ayat ini
memberi rambu-rambu agar jangan sampai menjadikan orang tua sebagai berhala,
dan menolak keinginan orang tua jika mengarah pada prilaku menyekutukan Tuhan.
Berbuat baik dengan mengikuti
segala keinginan orang tua, tentu harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan.
Ketika keinginan orang tua mengarah pada praktek menyekutukan Tuhan, maka anak
harus menolak dengan pilihan kata-kata mulia dan tidak menyakiti. Inilah
kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang anak yaitu menolak dengan pilihan
kata-kata mulia.
Ketika orang tua menginginkan
sesuatu dari kita yang tidak bisa kita penuhi karena di luar kemampuan, katakan
saja kepada mereka, “kita termasuk orang yang berserah diri kepada Allah”.
Katakan pula, “bersabarlah, jika Allah menghendaki, niscaya apa yang kita
inginkan akan terjadi, semua yang kita inginkan mengikuti ketentuan Allah”. Inilah
kata-kata mulia yang harus diucapkan berulang-ulang seorang anak terhadap ibu
bapaknya.
Jadi ukuran kata-kata mulia
adalah kata-kata yang tidak mengandung penyekutuan, penentangan, terhadap
kehendak Tuhan. Kata-kata mulia adalah
kata yang selalu mengarahkan anak dan orang tua kepada ketaatan, kepatuhan, dan
kepasrahan kepada takdir Tuhan.
Tidak ada dosa bagi seorang anak
yang belum bisa memenuhi keinginan ibu, bapaknya, karena ketidakmampuannya. Hendaklah
anak-anak yang belum bisa memenuhi keinginan ibunya dengan berpegang teguh dan
berserah diri kepada Tuhan. Berpegang teguh dengan memperbanyak shalat, dzikir,
sedekah, puasa, (usaha bathin), dan usaha lahir.
Perbanyak shalat dengan
melaksanakan shalat dhuha, tahajud, hajat, dll. Perbanyak dzikir, seperti baca
Al-Qur’an, istgifar, shalawat, tahlil, tahmid, dll. Perbanyak sedekah dengan
membantu kesulitan sesama manusia, tolong menolong, dan penuh harap kepada
Allah swt (ikhlas). Ketentuan Allah swt, siapa yang paling banyak mengingat-Ku,
Dia akan mendapat keberuntungan dari arah tidak disangka-sangka.
Jika mendesak, hiburlah orang tua dengan
kata-kata mulia sebagai berikut, “untuk mewujudkan keinginan ibu, bapak, saya sedang
melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat tiap hari, tahajud 11 rakaat setiap malam, setiap hari
menyisihkan uang 2000 rupiah untuk membantu orang miskin, puasa sunah tiap
senin dan kamis, dll.” Kemukakan kepada orang tua apa saja upaya-upaya yang
telah kita lakukan di jalan Allah untuk mewujudkan keinginan orang tua, supaya
orang tua terhibur. Selain itu kata-kata ini dapat mengingatkan orang tua, agar
selalu memohon pertolongan kepada Allah, bukan memaksa kepada sesama manusia.
Hiburlah terus orang tua dengan
kalimat-kalimat yang mengingatkan mereka kepada Allah, swt. Mudah-mudahan
mereka sama-sama diberi kesadaran bahwa semua kehendak ada di tangan Allah, dan
kita semua hanya bisa berusaha, dan berserah diri atas kehendak Allah swt. Semoga kita diberi
kesabaran untuk selalu taat berada di jalan Allah. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment