Dalam sebuah pembelajaran kelas,
penulis menyisipkan materi tambahan untuk peserta didik. Biasanya materi ini
disispkan setelah materi pokok disampaikan. Itung-itung sambil represing tapi
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi spiritual peserta didik.
Kali ini penulis sisipkan materi
tentang sukses dengan membiasakan berdoa. Penulis jelaskan bahwa dengan berdoa,
apapun yang kita inginkan di dunia ini akan tercapai. Masalahnya, terkabulnya
doa memiliki relativitas waktu. Artinya doa yang kita panjatkan, bisa terbukti
dikabulkan saat itu, dua hari kemudian, satu minggu, tiga bulan, satu tahun,
bahkan empat sampai lima tahun kemudian. Kenyataan ini pernah penulis buktikan,
karena doa-doa yang penulis penjatkan selalu dituliskan hari, tanggal, bulan,
dan tahunnya dari buku harian.
Sekalipun dalam proses dikabukannya
doa, manusia menyimpulkan adanya relativitas waktu, tetapi kalau dibaca tidak
melihat kontinum waktu, sebetulanya setiap doa pasti dikabulkan Tuhan.
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Albaqarah:186).
Kalimat di atas memiliki arti
bahwa Allah swt Tuhan Semesta Alam, memiliki ketetapan mengabulkan setiap doa
yang dipanjatkan oleh umatnya. Kalimat ini dapat dipahami sebagai ketentuan
berlaku pasti, bahwa setiap doa pasti dikabulkan.
Saat itu penulis bertanya kepada
peserta didik, “apakah kalian percaya bahwa semua doa dikabulkan oleh Tuhan.
Jawab mereka, “percaya”. Ketika ditanya pernahkan membuktikannya? Jawaban mereka
rata-rata belum pernah.
Penulis ajak mereka ikut terlibat
dalam sedikit permainan, namun mengandung makna mendalam dan serius. Mereka diajak untuk
membuktikan bahwa doa itu benar dan pasti dikabulkan oleh Tuhan, jika kita
berdoa kepada Tuhan.
Saya perintahkan mereka untuk
menutup mata. Lalu mereka dibimbing memanjatkan doa, “ya Tuhan kami yang maha
pemurah dan menguasai segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi, ampunilah
dosa kami dan ibu bapak kami. Berikan ilmu yang mepimpah kepada kami, dan
sampaikanlah kami pada apa yang kami cita-citakan untuk kesejahteraan kami di
dunia dan akhirat. Ya Allah yang Tuhan kami, setelah kami mengalami kegelapan
bukakanlah mata kami”.
Setelah doa dipanjatkan, penulis
menyuruh peserta didik untuk membuka matanya. Ketika semua mata terbuka,
penulis ucapkan selamat kepada seluruh peserta didik, karena baru saja Allah,
Tuhan yang maha berkehendak telah
mengabulkan doa yang baru saja dipanjatkan. Peserta didik sedikit bingung, dan
mulai tertawa disertai dengan tepuk tangan, yang artinya mereka mengerti bahwa
ketika mereka memanjatkan doa minta dibukakan mata, langsung saat itu juga mata
terbuka.
Jika ada yang berpikir tanpa berdoa
pun mata bisa terbuka dengan sendirinya, disinilah kita dapat memahami arti dan
fungsi doa. Pertanyaannya apa bedanya orang yang berdoa dan tidak berdoa?
Doa memiliki fungsi MEMBANGUN
KESADARAN. Kesadaran dalam bentuk pengakuan bahwa Tuhan lah yang menentukan
segalanya. Jadi perbedaan orang yang berdoa dan tidak bedoa terletak pada
kesadaran atau pengakuan bahwa semua yang didapatkan oleh dirinya dari Tuhan.
Dengan berdoa, maka manusia akan selalu bersyukur kepada Tuhan.
Apakah untuk mewujudkan segala
sesuatu di muka ini cukup dengan berdoa? Ya jika kita memahami bahwa bentuk doa
tidak hanya dalam bentuk perasaan, pikiran dan ucapan, tetapi menyangkut dalam
bentuk tindakan. Perhatikan potongan firman Allah swt di bawah ini.
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (Al Baqarah:
186)
Kalimat di atas menunjukkan pola kegiatan
sebab akibat dalam berdoa. Jika setelah berdoa maka harus melaksanakan segala
perintah Tuhan agar kita menemukan kebenaran, (dapat membuktikan) doa-doa yang
kita panjatkan dikabulkan Tuhan. Melaksanakan perintah Tuhan seperti menuntut
ilmu, berzakat, sedekah, berbakti pada orang tua, puasa, berusaha, berhijrah,
dsb. Itulah orang-orang yang kelak akan selalu berada di dalam kebenaran.
Sekian dulu penjelasan dari saya,
jika ada kebenaran yang saya sampaikan itulah dari Allah swt, dan jika ada
kekurangan itu dari saya sendiri. Wallahu 'alam.
No comments:
Post a Comment