Setelah tayang di media elektronik, keluarga
kesebelasan Geni Halilintar menjadi terkenal. Keluarga dengan sebelas anak di
zaman sekarang adalah sebuah fenomena sosial yang unik untuk kita kenal.
Demikian juga saya sangat tertarik dengan fenomena
ini. Saya cari informasi di internet dan mencoba pesan bukunya. Buku itu
berbicara true story tentang
kehidupan sehari-hari keluarga Geni Halilintar dan keluarga lengkap dengan
photo-photo keluarga hasil anggota keluarganya.
Buku itu secara sistematis berbicara mulai dari
proses pernikahan, aktivitas bisnis setelah menikah, masa-masa kehamilan, dan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh kesebelas anaknya. Hal yang paling
mengundang pertanyaan bagi saya, mungkin juga Anda, adalah mengapa dari kesebelas anak Geni
Halilintar memiliki kecerdasan luar biasa.
Siapa yang tidak ingin memiliki anak cerdas, dalam
usia 13 tahun sudah punya bisnis jual beli mobil, bisnis gadget, kuliner, dan
busana. Menguasai bahasa inggris dalam usia dini, punya IQ genius, bisa
berkomunikasi ala presenter dalam usia dini, dan berprilaku seperti orang
dewasa dalam usia muda. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anak cerdas
seperti yang dimiliki oleh keluarga Geni Halilintar.
Lalu apa rahasia sukses Geni Halilintar dalam
melahirkan anak-anaknya yang cerdas. Saya akan ungkap dengan menggunakan
analisa logika Tuhan. Rahasia sukses tersebut antara lain:
- Menikah dalam usia muda (saat masih studi di PT), tanpa pacaran. Tujuannya menghindari dosa besar (jinah). “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Al Israa:32).
- Menikah dengan mahar sederhana. Geni meminta mahar yang sangat murah yaitu seperangkat alat shalat dan membaca surat Al-Ikhlas tiga kali. Menurut pandangan manusia mahar sederhana ini kecil sekali nilainya, namun menurut pandangan Tuhan inilah mahar yang tidak ternilai harganya. Keterangannya bisa kita temukan dalam sebuah hadis, “Sebaik-baik wanita ialah yang paling ringan mas kawinnya. (HR. Ath-Thabrani). Di dalam hadist dijelaskan bahwa “Isteri yang paling besar berkahnya ialah yang paling ringan tanggungannya”. (HR. Ahmad dan Al Hakim). Mahar membaca surat Al-Ikhlas tiga kali dihadapn Tuhan sama dengan mempersembahkan sebuah pemahaman terhadap 30 juz Al-Qur’an.
- Memperlakukan suami sebagai pemimpin. Ketentuan-Nya adalah “Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya”. (HR. Ahmad).
- Mendidik anak sejak dalam kandungan. Salah satu bukti bahwa Geni dan Halilintar mendidik anaknya sejak dalam kandungan adalah dengan tidak mengikuti semua keinginan anaknya ketika dalam kandungan. Jika awam memanjakan ibu hamil dengan mengikuti seluruh keinginan atas nama janinnya, Geni sudah mendidiknya sejak dalam kandungan dengan mengendalikan keinginan janinnya.
Model
pendidikan yang dilakukan Geni dan Halilitar adalah learning by doing (keteladanan). Ketika sejak dalam kandungan
seluruh anak yang dilahirkannya telah diberi pendidikan dengan model
keteladanan. Inilah pendidikan yang dilakukan Geni terhadap seluruh anaknya
ketika dalam kandungan.
Metode
pendidikan yang dilakukan Geni Halilintar adalah bisnis dan traveling. Bisnis
adalah sebuah aktivitas yang menuntut kreativitas dan spiritualitas tinggi.
Melalui aktivitas bisnisnya Geni Halilintar
secara tidak langsung telah mendidik anak-anaknya sejak dalam kandungan.
Isi pendidikan yang terkandunga dalam aktivitas bisnis adalah berpikir cerdas
dan kreatif, serta penanaman karakter jujur, setia pada janji, ramah, dan
komunikatif. Ketika ibu dan ayahnya berpikir untuk mengembangkan bisnis,
bayi-bayi yang dikandungnya ikut diajak berpikir kreatif, dst.
Tentang
perintah bisnis, “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (An Nisaa:29)
Metode
pendidikan selanjutnya adalah traveling. Konsep traveling dijelaskan di dalam
Al-Qur’an sama dengan hijrah. Traveling sudah dicontohkan oleh para Nabi.
Traveling (hijrah) terpanjang dilakukan oleh Nabi Ibrahmi as. Beliau melakukan
perjalanan traveling bersama keluarga kurang lebih 15000 km. Nabi Muhammad
melakukan traveling (hijrah) dari Mekah ke Madinah kurang lebih 500 km.
Maka
dari Nabi Ibrahim as (bapak Para nabi) lahir keturunan-keturunan yang super
cerdas. Salah satunya Nabi Muhammad saw.
Traveling
(hijrah) adalah ketentuan Tuhan, yang tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk
ciptaan Tuhan. Mengapa menjadi ketatapan Tuhan, karena Hijrah (traveling)
membawa dampak terhadap kecerdasan dan keberkahan rezeki setiap makhluk yang
melakukannya.
Ketentuan
Tuhan tentang traveling (hijrah), ditetapkan dalam Al-Qur’an, “Barang siapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki
yang banyak”. (An Nisaa:100)
Dalam
surat lain ditentukan sebagai berikut, “Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan”. (At-Taubah:20,)
Harus diketahui logika sebab akibat yang diajarkan
Tuhan. Dengan memperhatikan ayat di atas, akibat yang akan didapat bagi
orang-orang berhijrah (traveling) adalah Rezeki Banyak, Kedudukan Tinggi, Dan
Kejayaan.
Faktanya Nabi Ibrahim memiliki kekayaan yang tidak
ternilai, untuk mengembala ternak yang dimilikinya dibutuhkan kurang lebih 3000
anjing penjaga, dan jika Nabi Muhammad saw menghendaki kerajaan bumi dan
langit, Beliau bisa memilikinya.
Kesimpulannya, jika para pasangan muda-mudi
menginginkan anak-anaknya terlahir dengan kecerdasan luar biasa, didiklah seperti
yang dicontohkan para Nabi Ibrahim as dan dicintohkan kembali oleh Nabi
Muhammad saw. dan salah satu pelakuknya sekarang adalah keluarga Geni dan
Halilinatar. Jangan lupa beri pendidikan anak-anak Anda Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment