Di dalam ilmu sosiologi
dikenal sebuah hukum, di mana ada masyarakat di situ pasti ada stratifikasi
sosial. Kaum sekuler berpendapat bahwa ketetapan ini berlaku sebagai hukum
alam. Dalam pandangan sainteologis (Solihin:2011), ketetapan ini disebut
sebagai hukum Tuhan (Sunatullah).
Berdasarkan ketentuan
di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa harus ada struktur kepemimpinan baku
yang semestinya dipahami manusia, sebagai struktur organisasi penjaga keseimbangan
dan kesejahteraan alam.
Secara hirarki struktur
kepemimpinan ditetapkan oleh Tuhan sebagai berikut; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu”. (An Nisaa:59).
Berdasarkan keterangan
di atas, pemilik struktur tertinggi pengatur sistem semesta alam adalah Allah. Di
dalam kitab suci Al-Qur’an, banyak sekali ayat menjelaskan tentang posisi Allah
sebagai Tuhan Semesta Alam sebagai pemilik kedudukan tertinggi. Kedudukan ini
dikenal dengan sifat Tuhan yang Maha Tinggi. (Al ‘Aliyy).
Struktur berikutnya
Tuhan memberikan kekuasaan itu kepada manusia untuk menjadi pemimpin (khalifah)
di muka bumi. Pemimpin manusia yang berkedudukan tinggi di muka bumi ini adalah
Para Rasul. Struktur selanjutnya, kepemimpinan
diberikan kepada ulil amri. Siapa ulil amri? Para ahli tafsir menjelaskan
posisi mereka diduduki oleh para ulama dan pemimpin negara yang ada sekarang.
Menurut pendapat saya,
jika dikaitkan dengan ayat yang berhubungan langsung dengan kepemimpinan,
sepeninggal para Nabi dan Rasul, kepemimpinan diamanahkan kepada para suami.
Firman Tuhan yang berkaitan dengan itu adalah “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita”. (Annisa:34). Kepemimpinan
pertama yang pasti dimiliki oleh setiap laki-laki dalam sebuah kelompok
masyarakat adalah menjadi suami.
Oleh karena itu ulil
amri yang dimaksud oleh Tuhan adalah kaum laki-laki yang bisa dilihat pada
kepemimpinannya dalam kelompok keluarga. Dari kepemimpinan keluarga ini, akan
lahir para ulama dan pemimpin-pemimpin terpilih di lingkungan masyarakat yang
lebih besar. Setiap pemimpin besar, kepemimpinan besarnya akan terlihat dalam
keadilannya di lingkungan keluarga.
Selanjutnya tugas para
pemimpin adalah “Kami telah menjadikan
mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah, (Al Anbiyaa:73)
Kebajikan pertama yang
harus dikerjakan pemimpin adalah; “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (Al
Israa:23)
Di antara kedua orang
tua, ditentukan lagi oleh Tuhan kedudukan tertinggi berada di kaum perempuan
bernama ibu. Di hadis Nabi saw. dijelaskan; “Seorang sahabat bertanya, "Ya
Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan
persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian
ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu."
(Mutafaq'alaih).
Sebagai pemimpin, suami
memiliki tugas untuk memobilisasi masa agar tunduk dan patuh kepada perintah
Tuhan. Ketundukkan pertama kepada Tuhan yang harus dipimpin oleh pemimpin (suami)
adalah memobilisasi masa untuk memuliakan Ibu dan bapak, terutama kepada Ibu, yang secara umum menjaga dan memuliakan kaum perempuan.
Selain memobilisasi
masa untuk menghormati ibu dan bapak, tugas suami dalam kepemimpinannya adalah
sebagai mengambil keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan pertimbangan pertama
yang harus diperhatikan adalah tidak menyakiti kedua orang tua dan kaum perempuan terutama Ibu dan istri.
Di dalam struktur organisasi Tuhan, seorang perempuan
bernama (istri), memiliki kewajiban untuk taat kepada laki-laki (suami),
sebagaimana Tuhan memerintahkan orang-orang beriman untuk patuh pada ulil amri, dikarenakan laki-laki (suami) posisinya adalah
sebagai ulil amri, maka harus ditaati karena berkedudukan sebagai pemimpin. Sementara itu suami harus berbakti dan memuliakan ibunya (termasuk ibu mertua), termasuk memuliakan istri karena semuanya mewakili kaum perempuan yang harus dimuliakan. Walalhu
‘alam.
(Muhammad Plato penulis buku hidup sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan)
Mantap gan...
ReplyDeleteBANDUNG Paris van Java With Love: CETAK KARTU UNDANGAN
semoga sukses
ReplyDelete