Sampai saat ini saya
belum mendapat kesimpulan yang mana yang disebut dengan organ hati itu. Beritan dari Al-Qur’an mengatakan bahwa hati ada di dalam dada. “maka apakah mereka tidak
berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada”. (Al Hajj:46).
Sebagaimana cara kerja
otak, saya belum memiliki kejelasan tentang cara kerja hati. Jika otak bekerja
dengan berlogika, maka hati bekerja dengan cara apa. Jika hati itu jantung maka
tugas jantung adalah memompa. Jika hati adalah liver, maka fungsi liver adalah sebagai
pusat metabolisme (berperan dalam proses pemecahan dan pembentukan) gula,
protein, dan lemak. Selain itu hati berperan dalam proses metabolisme
obat-obatan yang kita minum, juga dalam pembentukan faktor pembekuan darah, dan
menetralisir racun-racun yang ada di dalam badan kita. Kerja hati hanya
bersifat teknis pengatur kebutuhan zat-zat yang dibutuhkan tubuh, tidak ada
kaitannya dengan perasaan.
Namun banyak orang
berpendapat bahwa hati adalah alat perasa. Padahal kalau kita menggunakan
perasaan dalam memahami sesuatu, sama dengan menduga-duga, dan menduga-duga
adalah pekerjaan dilarang karena sebagian praduga adalah salah.
Ada juga orang
berpendapat bahwa hati posisinya masih serumah dengan otak. Pendapat itu jadi
rancu ketika mengacu kepada penjelasan Al-Qur’an bahwa hati ada di dada. Saya
sendiri pernah merasakan getaran atau gejolak di wilayah dada jika mendapatkan
sesuatu yang istimewa.
Baiklah, untuk menjawab
kepenasaran, kita gunakan logika analogi. Saya umpamakan, otak adalah suami dan
hati adalah istri. Saya sepakat bahwa antara logika (otak) dan perasaan (hati) dua
hal berbeda. Logika ada di kepala (otak) dan perasaan ada di dada (jantung?).
Jika jantung adalah
hati, sampai sekarang saya belum memahami bagaimana cara kerja jantung dalam
melaksanakan tugasnya yaitu merasa. Itulah hal yang menjadi tanda tanya bagi saya
sampai sekarang. Bagi saya siapa hati itu masih misteri.
Mengacu kepada peran suami
dan istri, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita)...”. (An Nisaa:34). Dari posisi laki-laki dalam wanita, saya mengambil
pemahaman bahwa posisi logika (otak) adalah pemimpin, dan perasaan adalah yang
dimpimpinnya.
Jika otak adalah
pemimpin maka tugas dia adalah mencari pengetahuan, dan mengambil keputusan. Semua
keputusan ada di otak. Hati tunduk pada keputusan otak.
Namun sebaliknya, tugas
otak sebagai pemimpin adalah memuliakan dan tidak boleh memnyakiti hati. Hati sebagai
mana wanita, dia adalah pemberkah. Hati adalah pendidik sejati yang harus
didengar nasehatnya. Hati adalah penyebab lahirnya otak cerdas.
Saya setuju dengan
hadis Nabi saw. yang mengatakan jika rusak hatinya maka rusaklah seluruh jiwanya.
Hadis ini menegaskan bahwa posisi hati seperti ibu, yang menjadi kunci
keberhasilan untuk anak-anaknya. Ridhonya Tuhan adalah ridhonya ibu. Bunyi hadis
di atas seirama dengan pernyataan, jika dalam sebuah negara didapati hancur
akhlak perempuannya maka hancurlah negara itu.
Kesimpulannya, hati itu
tidak pernah salah karena hati mengikuti segala keputusan yang diambil otak.
Hati itu bisa jahat, jika otak memimpin hati kepada hal-hal yang jahat. Hati
itu baik dan otak harus ikut mengajak hati kepada hal-hal yang baik. Merusak
hati sama dengan memaksa hati untuk berbuat hal-hal yang buruk.
Solusinya, untuk
membaikkan hati, otak harus diberi pengetahuan yang bersumber dari Tuhan
(wahyu). Dengan demikian otak bisa memahami segala kejadian berdasar petunjuk Tuhan.
Itulah mengapa kita harus berpikir (berlogika) berdasar pada pengetahuan
(petunjuk) dari Tuhan. Hati akan menerima sekalipun berat, asal keputusan itu
berasal dari petunjuk Tuhan. Wallahu ‘alam.
mantap gan ...
ReplyDeleteBANDUNG Paris van Java With Love: CETAK ID CARD TEBAL BAHAN PLASTIK