Mengapa kita harus
mencintai yang kita benci? Logikanya sedikit akan saya jelaskan. Jika
tidak memuaskan, silahkan Anda berdiskusi lebih lanjut dengan kawan-kawan atau
orang-orang yang Anda anggap lebih berilmu dalam hal ini.
Tapi
saya titip, jika ada perbedaan pendapat, perbedaan metode pemahaman, jangan
main kafir-kafiran dan salah menyalahkan satu sama lain. Saya tidak suka dengan
cara-cara jahiliyah seperti itu, karena melanggar ketentuan Tuhan. Harus
diingat perbedaan pendapat itu rahmat. Jika kita kukuh dengan pendapat kita,
reaksinya jangan membenci kepada yang beda pendapat tetapi buktikan saja bahwa
pendapat kita benar dengan menampilkan akhlak-akhlak terbaik sebagai wujud
dari kebenaran yang kita yakini.
Biasanya
kita lebih cepat membenci kepada yang beda dengan kelompok kita. Maka “Cintailah
yang Anda benci”, logikanya saya turunkan dari kitab suci Al-Qur’an. Saya ingatkan,
kitab suci Al-Qur’an adalah wahyu yang di dalamnya berisi petunjuk, termasuk di
dalamnya petunjuk berpikir. Petunjuk ini berlaku bukan hanya untuk kaum
muslimin tetapi untuk seluruh alam.
Keterangan-Nya,
bisa kita baca langsung sebagai berikut:
“Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(Al-Baqarah:216)
Ayat
di atas mengandung logika sebagai petunjuk berpikir bagi kita semua.
Petunjuknya adalah jika kita urutkan konsep BENCI diikuti KONSEP BAIK dan
KONSEP SUKA diikuti konsep BURUK. Dari urutan konsep di atas ada rahasia Allah
yang tersembunyi. Bisa kita ketahui jika kita sedikit memahaminya dengan menggunakan
logika yang telah Allah swt berikan kepada setiap manusia.
Harus diakui, kita sering terjebak dengan sesuatu yang kita cintai, juga kita sering terjebak dengan sesuatu yang kita benci.
Contoh
konkrit adalah mereka para pecinta narkoba, seks, alkohol, harta, perempuan, judi,
koleksi barang antik, binatang peliharaan, dan lain-lain. Secara tidak sadar
mereka telah mencintai sesuatu, padahal sesuatu itu amat buruk bagi
kehidupannya. Secara psikologis, hawa nafsu kita selalu mudah jatuh cinta
terhadap hal-hal yang akan berdampak buruk.
Contoh
lainnya adalah perasaan yang sering muncul pada setiap diri manusia adalah lebih
suka ngobrol dari pada membaca, lebih suka berlibur dari pada bekerja, lebih
suka bermain dari pada kuliah atau sekolah, lebih suka pacaran dari pada
menikah, lebih mudah berbohong dari pada jujur, dan sebagainya.
Kesimpulannya
manusia memiliki kecenderungan untuk lebih mudah mencintai sesuatu yang buruk.
Inilah sifat alamiah manusia. Dan ini suatu pemahaman bagi kita mengapa manusia
ditepkan oleh Tuhan sebagai tempatnya salah.
Sebaliknya
kita sering terjebak, membenci (tidak mau melakukan) sesuatu yang harus kita
cintai. Bisa kita rasakan bahwa untuk membaca, menulis, berpikir, betapa
sulitnya kita lakukan. Rata-rata diantara kita banyak yang tidak menyukainya.
Padahal membaca, menulis, berpikir, adalah perintah langsung dari Tuhan.
Kita
juga sering terjebak kurang suka melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Contohnya,
kita sering tidak menyukai berdoa (shalat), tahajud, dhuha, bersedekah,
berpuasa, umroh, ibadah haji, membalas keburukan dengan kebaikan, berdagang
dengan jujur, tepati janji, taat pada pimpinan, amanah, istri taat pada suami,
anak berbakti pada orang tua, bersabar, bersyukur, dsb.
Sifat
mecintai yang buruk sudah diketahui oleh setiap manusia, dengan munculnya
ungkapan bahwa, “rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput yang kita
miliki”. Perempuan atau laki-laki lain selalu lebih menarik dibanding dengan istri
atau suami sendiri. Ngaku aja!
Kesimpulannya,
kecenderungannya manusia memiliki tabiat membenci sesuatu yang seharusnya
dicintai. Untuk itulah muncul peringatan dari Tuhan bahwa sesuatu yang kamu
benci bisa jadi baik, dan sesuatu yang kamu cintai bisa jadi keburukan.
Kasusnya
pernah terjadi pada saat kaum musyrikin masih memerangi kaum muslimin, kaum
muslimin pada saat itu ada yang tidak mau atau ogah-ogahan ketika ada perintah
berperang. Padahal Tuhan menjanjikan sesuatu yang baik dibalik peperangan itu.
Perang adalah hal yang dibutuhkan jika eksistensi kita berada dalam ancaman
musuh.
Kesimpulan
akhirnya adalah kita harus berhati-hati, artinya gunakan pikiran dan ikuti
petunjuk berpikir dari Tuhan. Pahamilah Tuhan selalu menyimpan kebaikan dibalik
sesuatu yang Anda benci. Wallahu “alam.
(Toto
Suharya, Penulis Buku Sukses Dengan Logika Tuhan. Salam sukses dengan logika
Tuhan. Follow me@logika_Tuhan).
Lalu Pak, bagaimana cara kita mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita, sedangkan kita sendiri tidak tahu.
ReplyDeleteBERTINDAKLAH SESUAI DENGAN PERINTAH TUHAN
ReplyDeletemari kita kerjasamakan keinginan kita dengan perintah Tuhan.
ReplyDeletemakasih atas ilmunya pak ...
Sama sama pak, semoga sukses...
ReplyDelete