Kampanye hitam
sama dengan fitnah, karena prakteknya membuka keburukan orang lain tanpa
bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Normatifnya, pelaku kampanye
hitam sangat tidak mungkin dilakukan oleh kalangan umat beragama. Paling
mungkin, pelaku kampanye hitam dilakukan oleh pengikut Machiavelli, yang membolehkan
merebut kekuasaan, dengan cara-cara kotor.
Selain
kampanye hitam, ada pengamat politik yang membolehkan kampanye negatif.
Kampanye negatif adalah membuka keburukan seseorang dengan bukti-bukti yang
dapat dipertanggung jawabkan. Katanya, kampanye semacam ini diperbolehkan
karena dapat membuka wawasan masyarakat tentang kredibilitas kandidat yang akan
maju menjadi calon pemimpin.
Namun jika dikaji
dari norma-norma kehidupan agama, kampanye hitam maupun kampanye negatif
sama-sama dilarang. Bernegara tidak ada bedanya dengan beragama. Dalam ajaran
agama ada larangan membuka aib orang di muka umum (kampanye negatif), apalagi
memfitnah (kampanye hitam). Para pelakunya dikategorikan pendosa besar dan
diancam dengan api neraka.
Mengenang sejarah
1400 tahun lalu, kampanye hitam bukan hanya dilakukan di masa sekarang, pada
zaman perjuangan Nabi Muhammad saw menegakkan ajaran Islam, kampanye hitam telah
terjadi. Agama bagi pembesar Mekkah adalah sumber kedudukan, kekuasaan, dan
sumber pendapatan. Untuk itu, perjuangan Nabi Muhammad saw dianggap mengancam kepentingan-kepentingan
politik para pembesar Mekkah.
Upaya-upaya
menghambat perkembangan agama Islam, dilakukan penguasa-penguasa Mekkah dengan
berbagai macam cara, salah satunya dengan kampanye hitam. Kampanye hitam
dilakukan dengan melakukan propaganda bahwa Nabi Muhammad saw bukan utusan
Tuhan, tetapi digambarkan sebagai orang yang haus dengan kekuasaan, pemberontak
ajaran nenek moyang, pembohong besar, orang sakit jiwa, dan tukang sihir.
Kampanye hitam
terhadap Nabi Muhammad saw dan pengikutnya tercatat dalam Al-Qur’an, “mereka berkata: ‘Hai yang menerima wahyu,
sesungguhnya engkau adalah gila!’” (QS. Al-Hijr:6). Dalam surat lain
dikabarkan, “...Orang itu (Muhammad saw)
adalah tukang sihir dan pendusta”. (QS. Shaad:4).
Tak putus
dirundung malang, kampanye hitam terhadap Nabi Muhammad saw terus berlanjut
sampai sekarang. Kampanye hitam dilakukan dengan menampilkan gambar kartun Nabi
Muhammad saw sebagai seorang teroris. Lebih keji lagi secara terang-terangan kampanye
hitam dimuat dalam sebuah film, Nabi Muhammad saw di gambarkan sebagai seorang yang
punya kelainan seks. Naudzubillah...
Beruntung, sebuah
pelajaran besar telah dicontohkan Nabi Muhammad saw, kepada umat manusia,
khususnya umat Islam. Beliau mengajarkan cara-cara agung dalam menghadapi berbagai
jenis keburukan. Dalam catatan sejarah (hadis shahih), digambarkan bahwa Nabi
Muhammad saw tidak membalas keburukan dengan keburukan, melainkan dengan
kebaikan.
Mengapa Nabi
Muhammad saw mencontohkan membalas keburukan dengan kebaikan? Bagi Nabi
Muhammad saw tidak ada kebaikan yang dibangun di atas keburukan. Logikanya sudah
jelas tertuang dalam Al-Qur’an, “Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,...” (QS. Al-Israa:7). Keburukan dan kebaikan tidak datang dari
luar, tetapi datang dari dalam diri kita sendiri. Membalas keburukan orang lain
sama dengan sengaja memasukkkan diri pada lingkaran keburukan.
Perintah-Nya sangat
tegas, dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (QS. Fushilat:34).
Segala bentuk
kampanye hitam tidak berpotensi merendahkan, kecuali bagi pelakunya sendiri.
Maka jika ingin tetap menjadi orang baik, kandidat yang baik, partai yang baik,
jurkam yang baik, kepastiannya adalah kampanye hitam jangan dibalas dengan
kampanye hitam.
Kata Haruyama
(2012), penulis buku Keajaiban Otak Kanan,
mereka yang bisa tetap baik sekalipun lawan bersikap buruk, tergolong manusia
tingkat tinggi (high level). Nabi
Muhammad saw dan para calon pemimpin adalah manusia-manusia high level.
Berlomba-lombalah
dalam kebaikan, dengan menampilkan kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan, atau
kebaikan-kebaikan yang akan dilakukan. Jangan terjebak oleh pikiran-pikiran
setan yang menyesatkan. Pada saat orang
lain berbuat jahat, inginnya kita membalas dengan kejahatan yang lebih jahat.
Pada saat orang berencana jahat, inginnya kita merencanakan kejatahan yang
lebih jahat.
salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment