Kesalahan
saya dalam beragama selama ini adalah tidak pernah menggali dan mencari sendiri
tentang kebenaran ajaran agama. Saya menganggap, sumber agama itu adalah ulama
dan ustad, padahal sumber agama itu adalah Al-Qur’an dan Hadist. Jika sumber
agama Al-Qur’an dan hadist, jadi para ulama dan ustad hanya bertugas menyampaikan dan menafsirkan
saja.
Saya
perhatikan ceramah-ceramah yang disampaikan para ulama dan ustad sedikit sekali
menyampaikan hasil-hasil tafsir kepada umat. Kebanyakan mereka hanya menyampaikan
kembali apa yang dibaca (terjemahan) dari bunyi Al-Qur’an dan Hadist. Ayat dan
hadist yang disampaikan pun cenderung ayat dan hadis yang sudah banyak diketahui
dan banyak dibaca orang. Alhasil umat menjadi kurang tercerahkan, sehingga pada
saat mendengarkan ceramah, umat selalu terserang penyakit kantuk yang tak
tertahankan.
Maka,
jika pada kegiatan shalat Jumat umat sering terserang kantuk, kesalahannya
tidak 100% pada umat, tapi ada pada kualitas penceramah (khatib) yang dalam
menyampaikan ajaran-ajaran agamanya sebatas mengulang menyampaikan isi terjemah
Al-Qur;an dan hadis. Jika ceramah hanya diisi dengan mengulang menyampaikan isi
terjemah Al-Qur’an dan hadist, bukan tentang tafsir-tafsir yang menjelaskan hukum-hukum
dalam kehidupan, ini jelas akan menghasilkan kantuk, karena mendengar sesuatu
yang sudah banyak diketahui umum adalah membosankan.
Dan
inilah petunjuk dari Tuhan agar manusia terbebas dari kesengsaraan dan penderitaan
hidup di dunia. Petunjuk ini datang dari kitab yang tidak diragukan
kebenarannya.
“alif laam miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada
yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Al-Baqarah:1-5)
Dengan
METODE HUBUNGAN KONSEP, mari kita keluarkan konsep-konsep di atas dan kita baca
dengan logika sebab kaibat. Konsep pertama “tidak ada keraguan” artinya kita harus 1000% yakin, bahwa semua
yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah kebenaran yang nyata dari Tuhan, dan tidak
akan terbantahkan.
Konsep
kedua adalah Al-Qur’an sebagai “petunjuk”.
Mari kita bertanya apa petunjuk konkrit yang diberitakan dalam Al-Qur’an itu?
Jawabannya bisa kita temukan dengan melakukan hubungan konsep sebagai berikut;
PETUNJUK----IMAN-----GHAIB-----SHALAT------MENAFKAHKAN
REZEKI (SEDEKAH)-----KITAB---AKHIRAT---BERUNTUNG.
Sekarang
kita konstruksikan konsep-konsep di atas dengan bahasa logika sebab akibat. Saya
yakin Anda akan lebih memahami apa
sesungguhnya petunjuk Tuhan itu.
MANUSIA
PERTAMA KALI DIPERINTAHKAN UNTUK membaca dan mengerti apa itu IMAN. Pengertian
iman jika kita lihat jenis kata-kata yang kemudian mengikutinya adalah ghaib-akhirat
(berkaitan dengan pemikiran abstrak), shalat, nafkahkan rezeki, (berkaitan
dengan tindakan nyata), dan kitab (berkaitan dengan pemikiran abstrak dan
kenyataan). Kesimpulan, iman adalah suatu bentuk ketidakraguan terhadap yang Ghaib
(Tuhan), dan tanpa keraguan melakukan tindakan-tindakan nyata sesuai petunjuk atau
perintah Tuhan.
Jadi
berdasarkan konsep-konsep di atas, PETUNJUK
nyata yang diberitakan Tuhan dalam Al-Qur’an adalah perintah kepada manusia
untuk BERIMAN. Konsep iman masih
banyak yang memahami sebagai bentuk abstrak. Untuk itu, secara konkrit
bentuk-bentuk keimanan itu di perlihatkan dalam tindakan mendirikan SHALAT dan
SEDEKAH.
Sebagai
mana konsep IMAN konsep SHALAT DAN SEDEKAH, memiliki dua dimensi, yaitu pikiran
dan tindakan. Maka wujud nyata dari keimanan seseorang adalah mendirikan shalat
dan berani bersedekah untuk kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Maka
petunjuk hidup sesungguhnya bagi seluruh umat manusia adalah SHALAT dan
SEDEKAH. Kemana arah tujuan petunjuk Tuhan itu? Bacalah dengan perantara logika
Tuhan, dengan menghubungkan konsep-konsep di bawah ini;.
Konsep
SHALAT DAN SEDEKAH berada pada posisi SEBAB, dan konsep BERUNTUNG ada pada posisi AKIBAT. Kesimpulannya,
PETUNJUK Tuhan itu membawa manusia kepada hidup sejahtera. Itulah ketentuan
Tuhan yang tidak akan terbantahkan sampai kapan pun. Segala Puji Bagi Tuhan
Semesta Alam, yang mengajarkan manusia dengan logika-Nya.
Salam
sukses dengan logika Tuhan, follow me @laogika_Tuhan
No comments:
Post a Comment