Teman
yang sudah melaksanakan Ibadah haji bercerita, “ketika berada di tanah suci
Alhamdulillah dirinya sehat bisa melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji.
Namun ada hal yang menarik, ketika sedang shalat di Masjidil Haram, dia
berbarengan dengan seseorang yang terlihat sedang sakit flu. Dalam hati
terlintas ucapan syukur di tidak sakit”. Lalu dalam pikirannya terlintas,
dirinya tidak sakit, mungkin ini karena vaksin yang dilakukan sebelumnya”. Selang
beberapa waktu, dirinya langsung diserang sakit flu.
Apa
yang menarik dari ilustrasi cerita di atas? Mengatakan kita sehat karena vaksin
yang kita terima adalah sebuah penyimpangan akidah, karena yang berhak
menyembuhkan dan menyehatkan adalah Allah bukan vaksin, atau dokter yang
memberi vaksin. Silahkan pikirkan, betapa banyak yang tidak kita sadari bahwa
hampir setiap hari kita melakukan penyimpangan akidah.
Ketika
kita ditimpa sakit, siapa yang kita harapkan dapat menyembuhkan penyakit?
Hampir semua orang berharap kepada dokter. Ketika akhir bulan, hampir semua
mengharapkan kelangsungan hidupnya kepada gaji bulanan. Hampir menjadi
kebiasaan, semua kegiatan yang kita lakukan demi sejumlah uang. Bahkan ada yang
berkomitmen jika ada uangnya semua lancar, tidak ada uang pekerjaan tidak
jalan.
Tidak
kita sadari, penyimpangan-penyimpangan akidah itu terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Harapan-harapan yang seharusnya tidak boleh kita alihkan kepada
selain Tuhan, kita alihkan kepada dokter, gaji bulanan, dan uang. Bukankah semurni-murninya
harapan harus kita gantungkan kepada Tuhan?
Sangat
jarang ketika sakit, pikiran orang langsung tertuju pada Tuhan sebagai
penyembuh. Banyak orang mati-matian membela haknya untuk dapat gaji bulanan
yang belum dibayar sekalipun perusahaan bangkrut, Dia terus tekan perusahaan mati-matian
karena harapan hidupnya dia gantungkan pada gaji bulanan. Jarang ketika masalah
ekonomi menghimpit pikiran orang langsung kepada Tuhan yang maha pemberi
rezeki.
Tiga
orang murid datang menghadap, dan hampir setiap kata yang dikeluarkan menyalahkan
orang lain, ketika program pendidikan yang diikutinya, tidak sesuai dengan
harapannya. Ketika ditanya apakah Anda sudah memohon kepada yang Maha Perencana
agar program ini berjalan lancar. Tidak satu orang pun mengaku pernah
melakukannya.
Bagaimana
mau hidup sukses, sementara harapannya digantungkan kepada program manusia,
sementara Tuhan yang maha perencana dilupakan. Tiga murid saya ini adalah
gambaran dari apa yang telah diberitakan Tuhan.
Manusia tidak jemu memohon
kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus
harapan. (fushshilat:49)
Orang-orang
yang berharap kebaikan kepada selain Tuhan, jiwanya sangat rapuh. Manakala
ditimpa malapetaka, bencana, kegagalan, dia mudah putus asa dan lagi putus
harapan. Mengapa demikian? Kenyataannya, makhluk selain Tuhan, semua yang hidup
di alam semesta akan mengalami kematian. Ketika harapan digantungkan kepada
selain Tuhan, maka selain Tuhan pasti mati. Ketika selain Tuhan yang tempatnya
menggantungkan harapan mati, maka dia putuslah harapannya karena harapannya
ikut mati.
dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap. (Alam
Nasyrah:8)
Akidah
yang lurus adalah yang seluruh aktivitas hidupnya selalu berharap kepada Tuhan
untuk kebaikan hidupnya di dunia dan akhirat.
Ketika
semua harapan sudah digantungkan kepada Tuhan, maka seluruh aktivitas kehidupan
akan terkendali. Secara psikologis orang-orang yang menggantungkan harapan
hidupnya kepada selain Tuhan, dia akan lebih agresif, mudah putus asa dan putus
harapan. Hidupnya pun berlebihan dan lebih mengutamakan kepuasan-kepuasaan rasa
estetisnya untuk kenikmatan diri sendiri.
Sebaliknya
mereka yang menggantungkan harapannya kepada Tuhan, secara psikologis hidupnya akan
lebih senang dalam kondisi hidup sederhana mengacu kepada batas-batas kebutuhan,
dan kelebihan-kelebihan rezeki yang dimilikinya lebih cenderung ingin menggunakannya
untuk kesejahteraan umat di jalan Allah. Bagi orang yang menggantungkan
harapannya kepada Tuhan, seluruh kehidupan dunia dianggap sebagai sarana ibadah
kepada Tuhan.
Salam
sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment