‘Logika’ adalah bahasa latin berasal dari kata ‘logos’ yang
berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya
adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa, yang berarti berkata atau berucap. Irving M. Copi
menyatakan, Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Kata
logika pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis, Socrates
dan Plato harus di catat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai
ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa. (Mundiri:2009).
Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani di dalam dunia Arab
yang dimulai pada abad II Hijriah, Logika menjadi bagian yang amat menarik bagi
kaum muslimin. Ibnu Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika
sampai mendalam. Al-Gazali menganjurkan dan mengangap baik, sedang menurut
Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
(Mundiri:2009).
W. Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membuat sederhana
pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan logika
Transendental (logika yang menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi
batas pengalaman). Pada posisi ini, penulis akan mengemukakan logika Tuhan,
logika yang menyelidiki pemikiran tidak sebatas pengalaman, rasio, tapi bersumber
dari petunjuk Tuhan (transenden). Mungkin saja ada kesamaan dengan logika
transenden yang dikemukakan Emanuel Kant.
Urusan benar dan salah menjadi urusan pokok dalam logika. Banyak
pemikiran dipengaruhi oleh berbagai ragam, seperti keyakinan, pola pikir
kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan, dan sugesti. Logika tidak
mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk
paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring, dan menilai pemikiran dengan
cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapat kebenaran, terlepas dari
segala kepentingan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus
ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien, dan teratur. (Mundiri:2009).
Logika Tuhan jelas dipengaruhi oleh keyakinan kepada Tuhan, tetapi yang dicari
hukum-hukum universal, karena Tuhan bersifat penyejahtera bagi seluruh alam.
Pola penalaran yang digunakan dalam logika Tuhan, adalah
pola deduktif. Dengan pola penalaran deduktif kita bisa mengetahui sesuatu
sekalipun tanpa melakukan penelitian. Tetapi tidak mengabaikan pola penalaran
induktif, karena kebenaran Logika Tuhan harus memenuhi pola deduktif dan
induktif, sebagaimana sifat Tuhan tidak terbatas. Jadi metode pengembangan
logika Tuhan lebih bersifat multidimensional.
Berdasarkan kualitasnya logika dibedakan menjadi dua yaitu
logika Naturalis, berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia.
Kemampuan berlogika naturalis tergantung dari tingkat pengetahuan. Kedua, logika
Artifisialis (logika ilmiah), membantu logika naturalis agar lebih tajam,
teliti, efisien, mudah dan aman.
MENGEMBANGKAN LOGIKA TUHAN
Dilihat dari metodenya dibagi dua yaitu logika tradisional (logika
aristoteles), dan logika modern, yang jika dilihat dari objeknya terbagi dua
yaitu logika formal dan material. Logika formal menggunakan pola-pola berpikir
deduktif, mempelajari pemikiran berdasarkan patokan-patokan , hukum-hukum
berpikir dengan benar. Logika material menggunakan pola berpikir induktif. Logika
material mempelajari persesuaian antara pikiran dan kenyataan, digunakan untuk
menguji kebenaran logika formal secara empiris.
Logika Tuhan ada pada posisi logika formal yang menguji
kebenaran berpikir dengan patokan-patokan, dengan menggunakan sumber patokan utamanya
wahyu. Rasio dan empiris menjadi alat untuk menguji kebenaran-kebenaran logika yang
dikembangkan dari wahyu. Untuk
mengembangkan patokan-patokan berpikir dari wahyu dibutuhkan logika-logika
material, agar kebenarannya diketahui memiliki kesesuaiannya dengan kenyataan.
Metode untuk mengembangkan logika Tuhan cukup sederhana.
Semuanya bermula dari pemahaman terhadap kata, nama, atau konsep-konsep. Sebagai
mana Nabi Adam diajarkan Tuhan tentang nama-nama.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam NAMA-NAMA (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Albaqarah:31)
Memberi nama adalah proses pemberian makna terhadap sebuah benda.
Dengan penemuan fisika kuantum, proses pemberian makna tidak akan lepas dari
menghubungkan benda satu dengan benda lainnya. Keterhubungan suatu benda dengan
benda lainnya akan memberi makna terhadap keberadaan benda, hingga benda itu
memiliki nama.
Di dalam wahyu Tuhan (Al-Qur’an) berserakan konsep-konsep,
tentang alam, manusia, binatang, hewan, dan makhluk-makhluk transenden seperti
malaikat dan iblis. Melalui pola hubungan benda satu dengan benda lain, akan
ditemukan pola hubungan logis yang dapat menjadi patokan berpikir. Hubungan
pada sebuah benda tidak dapat ditolak lagi karena Tuhan mengisyaratkan bahwa
seluruh benda berhubungan.
“Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang PADU,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Anbiya:30).
Pada tahap ini, penulis berkonsentrasi pada pengembangan hukum-hukum
yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Dalam menelaah kitab suci, penulis hanya
mengkaji beberapa nama-nama dalam kitab suci dan menuliskannya dalam bentuk proposisi
hipotetik. Proposisi hipotetik adalah pernyataan kalimat dalam bentuk sebab
akibat. Setelah itu dilakukan pengujian dengan menggunakan logika material, hasil-hasil penelitian ilmiah, untuk membuktikan bahwa proposisi tersebut dapat diterima oleh semua kalangan.
Produk-produk penemuan logika Tuhan, sudah penulis publikasikan silahkan dipelajari di blog ini. tujuan penulis tidak ada lain untuk mendapat ridho dari Allah swt. Dan pengertian ridho Allah swt itu tidak terbatas, bisa dibuktikan dengan logika Tuhan. Sekian
dulu.
No comments:
Post a Comment