Jika sebuah benda dibelah dicari sampai unsur terkecil, maka
secara berurutan benda itu tersusun mulai dari molekul, atom, partikel, quanta,
vibrasi energi. Pada level molekul, atom dan partikel, benda-benda itu masih
bisa diamati. Namun pada level quantum dan vibrasi energi, benda-benda itu ada
tetapi tidak tampak. Atas dasar itu, sebuah benda hakikatnya tersusun oleh benda-benda
tampak dan benda-benda tidak tampak.
Penemuan baru ini, telah mengubah paradigma dalam melihat realitas.
Tadinya ada sekelompok orang yang sangat yakin bahwa kenyataan itu adalah
segala sesuatu yang dapat dilihat dibuktikan mata kepala sendiri, dan berwujud.
Orang-orang ini diwakili oleh penganut aliran materialis. Bagi penganut aliran
ini, segala sesuatu yang tidak berwujud tidak rasional. Untuk itu keyakinan
kepada adanya Tuhan dianggap sebuah kebodohan, maka dari itu meraka cenderung
Atheis.
Pandangan materialis muncul karena dari hasil penelitian
semula, benda-benda terkecil yang mereka temukan masih bisa terlihat. Pada saat
itu, penemuan benda terkecil baru sampai pada tingkat elektron. Sebelum
ditemukan elektron, dulu sempat ramai dibicarakan bahwa tidak ada lagi benda
terkecil selain atom. Ternyata atom masih bisa dipecah dan ditemukan elektron.
Atom dan elektron adalah benda-benda terkecil, tapi ini masih bisa dilihat. Pada tahap ini
orang-orang materialis percaya bahwa sekecil apapun benda pasti bisa dilihat, atas
dasar itu mereka masih yakin bahwa dunia ini materialis. Bagi mereka sesuatu
yang benar-benar ada kalau sesuatu itu berwujud, dan bisa dilihat.
Orang-orang materialis lah yang diancam oleh Tuhan dalam
hadis Nabi Muhammad SAW, yang intinya, “barang siapa memutuskan perkara dengan ra’yu nya (penglihatan) maka neraka
jahanam tempatnya”. Maksudnya barang siapa membenarkan sesuatu karena sesuatu
itu bisa dilihat, dia akan tersesat. Masuk akal, karena membenarkan sesuatu
berdasarkan pada apa yang dilihat (dialami), akan menggiring manusia Atheis,
karena Tuhan tidak dapat dilihat.
Setelah elektron dipecah, kini benda-benda terkecil itu
tidak terlihat tapi saling berhubungan. Fisika kuantum seperti alam tidak tampak.
Dalam dunia kuantum benda-benda itu dapat dipahami bukan karena bisa dilihat,
tetapi dipikirkan. Mengapa demikian? Karena dalam dunia kuantum segala sesuatu
tidak dapat dipahami kecuali dengan saling berhubungan. Dalam dunia kuantum,
sesuatu itu bisa ada sekalipun tidak ada. Apa sebab? Dalam dunia kuantum,
beradaan suatu benda, bisa menjadi sebab adanya benda lain tanpa harus benda
lain itu bisa dilihat.
Berpikir adalah suatu proses hubung-menghubungkan dalam
mencari makna realitas. Manusia tidak bermakna jika tidak ada manusia lainya. Maka,
manusia paling bermakna adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya. Inilah dunia kuantum. Makna tertinggi keberadaan manusia, jika
dihubungkan dengan Tuhan.
Al-Qur’an adalah kitab tentang dunia yang saling berhubungan (kuantum). Jika dilihat
dari arti harfiah Al-Qur’an memiliki arti kata yang sama dengan hakikat dunia kuantum,
yaitu saling berhubungan. Berikut saya sajikan beberapa makna Al-Qur’an dari
Muhammad Kamil Abdushshamad (2003). Sedikitnya ada dua makna Al-Quran yang
berhubungan langsung dengan hakikat dunia kuantum. Pertama, Al-Quran berasal
dari kata yang mengandung makna, “menghubungkan sesuatu dengan yang lain”.
Kedua, Al-Qur’an mengandung makna kata, “kaitan-kaitan”.
Faktanya di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, para ahli
tafsir menggunakan metode ayat ditafsir dengan ayat lainnya, karena pada
hakikatnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an saling berkaitan. Ayat-ayat Al-Qur’an bisa
juga ditafsir dengan menghubungkan dengan fenomena alam, dan dikenal dengan
metode tafsir ilmu pengetahuan.
Jika kita bertanya apa sebab dunia ini saling berhubungan? Hakikat
keterhubungan sebenarnya telah dikemukakan di dalam Al-Qur’an. “Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang PADU,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al anbiyaa’:30).
Pola keterhubungan inilah yang penulis gunakan dalam
mengembangkan logika Tuhan. Sesungguhnya master plan logika itu ada dalam
ketentuan Tuhan, dapat kita temukan dalam kitab suci Al-Qur’an yang memiliki
makna saling bekaitan atau kuantum.
ha...ha...ha...ha...ha...haaaaaaaaaaaaaa
ReplyDelete