Dunia
politik bukan milik orang-orang suci, bukan juga milik orang-orang kotor.
Politik adalah kehendak Tuhan yang harus dialami oleh setiap manusia. Jika ada
yang menisbatkan politik sebagai dunia kotor, sesungguhnya dia tidak terlalu memahami
politik. Dan jika ada yang mengatakan bahwa dunia politik adalah suci, itulah
yang harus selalu diperjuangkan umat manusia.
Dalam
sejarahnya, politik selalu digambarkan sebagai sebuah perebutan kekuasaan.
Sifat-sifat berkuasa tidak diberikan Tuhan kepada malaikat, tapi diberikan
Tuhan kepada iblis dan manusia. Ketika Tuhan memberikan kelebihan potensi
berkuasa kepada Adam (manusia), maka Iblis menurut dirinya sama memiliki
potensi berkuasa, dan menolak untuk mengakui bahwa manusia lebih berkuasa.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam (potensi berkuasa)," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir
(albaqarah:34)
Maka,
Tuhan mengutuk Iblis sebagai kaum pembangkang, pendengki, dan sombong karena
tidak mau tunduk pada perintah Tuhan. Kemudian, Iblis berjanji, akan membuat
onar di muka bumi dan menjadikan manusia tidak mampu mengemban kekuasan. Tuhan
pun memberi tangguh kepada Iblis. Sejak saat itu, dunia politik dipenuhi dengan
sifat konflik. Iblis dan manusia saling berebut kekuasaan.
Drama
konflik untuk pertama kalinya terjadi. Iblis berhasil menggelincirkan Adam dari
kekuasaannya. Lalu, sebagai manusia bertanggung jawab, Adam tidak menyalahkan
Iblis, tapi mengakui kelemahannya dan memohon ampun kepada Tuhan, serta
berjanji akan terus mempertahankan kekuasaannya dengan sekuat tenaga. Tuhan pun
mengampuni Adam, dan Tuhan menetapkan aturan-aturan yang lurus dalam politik.
Siapa bisa mengikuti aturan-aturan lurus, Tuhan menjanjikan kekuasaan abadi di
sisi Tuhan.
Selanjutnya,
dengan memanfaatkan sifat konflik dalam politik, Iblis berhasil memecah belah
manusia menjadi dua kutub berlawanan. Satu kutub yang berhasil diajak bersekutu
dengan Iblis, satu kutub mereka yang tidak mau bersekutu dengan Iblis dan tetap
tunduk pada petunjuk-petunjuk Tuhan.
Sepanjang
sejarah, dunia politik menjadi ruang tempat bertarungnya Iblis dan manusia yang
sama-sama diberi potensi berkuasa oleh Tuhan. Kadang-kadang politik berhasil dikuasai
oleh Iblis sehingga politik penuh dengan kekotoran, kadang pula dikuasai oleh
manusia sehingga politik penuh dengan kesucian. Pertarungan akan terus berlangsung
sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu datangnya hari pembalasan.
Tragedi
kemanusiaan pertama dalam dunia politik terjadi pada anak-anak Adam, yaitu antara Kabil dan Habil. Untuk mengukuhkan
kekuasaannya, Kabil berhasil membunuh Habil. Kabil adalah representasi dari kubu
yang bersekutu dengan Iblis yang menginginkan kekuasaan dengan cara-cara kotor
(menentang Tuhan). Sedangkan Habil adalah kubu manusia yang mencoba meraih
kekuasaan dengan berserah diri pada ketentuan Tuhan.
Ceriterakanlah
kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan kurban (kewajiban
berkorban dalam politik), maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!
(sifat konflik dalam politik)"
Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa“ (al-maa’idah:27)
Dari
tragedi itu Tuhan memberi petunjuk kepada manusia, dunia politik selain di isi
dengan konflik, juga diisi dengan sifat-sifat pengorbanan. Berkorban dalam dunia
politik, bukan hanya harus dilakukan oleh manusia yang ingin berkuasa, tetapi
kerap juga dilakukan oleh Iblis yang haus kekuasaan.
Di
dalam dunia politik berlaku hukum, siapa
berani berkorban, dia akan diantarkan pada kekuasaan. Namun Tuhan memberi
petunjuk, tidak semua pengorbanan diterima oleh Tuhan. Pengorbanan yang
diterima oleh Tuhan harus dilakukan di atas jalan Tuhan. Para Nabi adalah
pembawa petunjuk Tuhan, agar manusia berkorban di jalan Tuhan demi kukuhnya
kekusasaan.
Demikian,
drama konflik dan pengorbanan politik kita dapatkan dari wahyu suci Al-Qur’an
yang penuh pelajaran. Maka, umat manusia punya kewajiban untuk mewarnai dunia
politik ini dengan penuh pengorbanan. Para pelaku suap dan korupsi sesungguhnya
dia telah berkorban sebagaimana Kabil melakukannya demi sebuah kekuasaan,
tetapi perngorbanan dengan suap dan harta hasil korupsi tidak akan diterima
oleh Tuhan.
Renungan
untuk semua politisi (manusia), jika memang sudah ketentuan bahwa setiap
pengorbanan akan diganjar dengan kekuasaan, mengapa tidak berkorban saja dijlalan
Tuhan? Semoga hari raya kurban yang kita peringati setiap tahun dapat memberi
hidayah kepada kita semua.
Kami
berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku
(berpolitik dalam aturan Tuhan),
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati". (albaqarah:38)
Hai
orang-orang baik, jangan mudah menyerah! Kekuasaan (Kesejahteraan, kesenangan hidup)
harus ditebus dengan pengorbanan. Jika golongan Kabil merebut kekuasaan dengan
suap, janji palsu, tipu daya, fitnah, maka golongan Habil harus merebut kekuasaan dengan berkorban dijalan
Tuhan, dengan menyuburkan sedekah. Itulah bentuk pengorbanan di jalan Tuhan. Wallahu ‘alam.
Salam sukses dengan logika Tuhan.
Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment