MENGENANG SETIAP BULAN RAMADAN. Dihimbau tidak dihimbau, konsumsi masyarakat terhadap sandang dan pangan di bulan Ramadhan tetap saja meningkat. Daging sapi yang harganya selangit tetap diburu dibeli masyakat. Pasar-pasar tradisional, minimarket, super market, hypertmarket, pendapatannya selalu surplus melebihi hari-hari di luar bulan Ramadan.
Dari tahun ke tahun, dalam kondisi krisis ekonomi atau tidak, setiap masuk bulan Ramadan, konsumsi sandang dan pangan selalu meningkat. Apakah ini fakta bahwa bulan Ramadan bulan berkah? Lalu mengapa bulan Ramadan menjadi bulan penuh berkah?
Sekalipun keterangan keberkahan bulan Ramadan kita dapatkan dari Al-Qur’an dan hadis, tidak ada salahnya jika kita sedikit memperdalam pengetahuan dengan penggunaan akal (logika) kita, agar keyakinan kita kepada kebenaran Al-Qur’an dan hadis lebih mantap dan kita bisa tunduk pada segala ketentuan Allah swt .
Meningkatnya konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan bisa kita lihat dari dua sisi. Satu sisi, ada yang mengatakan tingginya tingkat konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan disebabkan oleh pola pemahaman puasa Ramadan awam yang kurang mendalam. Pandangan ini mengandung pembenaran akal (logika), jika fakta puasa mengurangi konsumsi pangan (ngemil, makan, minum) di siang hari, maka seharusnya tingkat konsumsi pangan masyarakat akan menurun.
Dari sisi kedua, peningkatan konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan, fenomena ini bisa jadi bukti bahwa benar bulan Ramadan diberkahkan Allah swt. Dalam kondisi sesulit apapun, konsumsi sandang dan pangan masyarakat, setiap masuk bulan Ramadan selalu mengalami peningkatan. Dari sudut pandang ekonomi, ibadah puasa di bulan Ramadan persis seperti motor penggerak ekonomi masyarakat.
Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Mari kita baca atas nama logika (kebenaran sebab akibat) dari petunjuk Allah swt. Puasa dalam kenyataannya merupakan ibadah dengan tingkat kesulitan tinggi. Bulan Ramadan adalah bulan paling sulit dijalani umat Islam diantara bulan-bulan lainnya.
Pada bulan Ramadan, aktivitas makan dan minum yang biasanya tidak terbatas di siang hari, distop. Malam hari yang biasanya diisi dengan istirahat (tidur) panjang, harus diisi dengan kegiatan ibadah yang menyita waktu tidur. Belum cukup waktu tidur malam, jam tiga subuh harus bangun untuk persiapan makan sahur. Esok harinya, kita dituntut tetap bekerja tanpa makan, dan dalam kondisi kurang tidur. Sungguh bulan Ramadan adalah bulan yang sangat melelahkan untuk dijalani.
Mengapa Allah swt menetapkan manusia bersusah payah menahan lapar dan haus (berpuasa) di bulan Ramadan? Sesungguhnya bacalah atas nama Tuhan mu. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (Al Balad:4).
Bahwa telah ditetapkan Allah swt, manusia harus menempuh susah payah dalam hidupnya. Puasa di bulan Ramadan adalah wujud ketetapan Allah swt bahwa manusia harus berada dalam susah payah.
Maka dari itu, orang-orang yang mengeluh karena kesulitan hidup, sesungguhnya dia tidak paham dengan ketentuan Allah swt. Demikian juga, orang yang tidak mau meraih sukses dengan susah payah, selalu menghindar dari kesulitan, lari dari masalah, dan tidak punya rasa tanggung jawab, mereka semua adalah orang-orang yang ingkar terhadap ketentuan Allah swt. Bagi siapa saja yang ingkar terhadap ketentuan Allah, maka keberkahan, kesejahteraan hidup tidak akan didapatkannya.
Ketahuilah, mengapa Allah swt mengharuskan manusia hidup berada dalam susah payah? Apakah Allah swt hendak membinasakan manusia? Tidak, sesungguhnya Allah telah menyimpan keberkahan, kesejahteraan hidup di balik kesulitan (susah payah). Sebagaimana Allah swt berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah:5-6).
Maka inilah petunjuk dari Allah swt, puasa di bulan Ramadan adalah perintah Allah swt agar manusia membiasakan diri menghadapi kesulitan. Bukan hanya kesulitan yang biasa-biasa, tapi kesulitan yang luar biasa. Mengapa Allah swt mangajarkan manusia untuk menghadapi kesulitan yang luar biasa? Karena dalam ketentuan Allah swt dibalik kesulitan yang besar ada keberkahan yang lebih besar lagi.
Mungkin itulah logika dibalik fenomena puasa Ramadan yang bisa kita pahami. Kesulitan (sahur, puasa, itikap, tadarus, sedekah) yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan, pasti dibalas Allah swt dengan keberkahan rezeki berlipat ganda. Mudah-mudahan meningkatknya konsumsi pangan dan sandang di bulan Ramadan bukanlah prilaku konsumtif masyarakat, tapi semata-mata karena Allah swt memberi keberkahan kepada manusia karena ketaatannya pada ketentuan Allah swt. Tidak heran jika Nabi Muhammad saw merasa sedih ketika bulan Ramadan akan berakhir, karena tidak ada lagi bulan berkah selain bulan Ramadan. Wallahu ‘alam.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment