Oleh:
MUHAMMAD PLATO
Sambil berangkat mengantar perpisahan anak-anak ke daerah Bandung Barat, iseng-iseng dengarkan informasi dari stasiun radio swasta kota Bandung. Kebetulan di kota Bandung akan berlangsung pilwalkot periode 2013-2018. Hadir dalam wawancara radio swasta tersebut salah satu calon walikota. Calon walikota terdengar bersemangat mau mengabdi menjadi nomor satu di kota Bandung.
Ada hal menarik yang dikemukakan calon walikota. Dia berpendapat untuk menjadi seorang pemimpin bukan hanya sehat badan tapi harus sehat ruhani termasuk di dalamnya sehat pikiran. Ciri pemimpin yang tidak sehat pikiran, selalu mementingkan makanan (isi perut) pribadi. Mereka selalu hidup berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan masyarakat banyak. Lebih parah lagi, di kota Bandung bukan lagi banyak yang pikirannya sakit, tapi sudah gila (Naudzubillah...). Lanjut Beliau, orang sakit masih punya keinginan sembuh dengan cara berobat, sedangkan orang gila tidak tahu dirinya sakit dan tidak ada keinginan untuk sembuh. Ciri-ciri orang gila adalah tidak tahu malu dan tidak merasa dirinya sedang sakit.
Berkaitan dengan kesehatan pikiran, penulis ingat penelitian yang dilakukan oleh Taufiq Pasiak, seorang guru besar yang tekun meneliti otak. Taufiq Pasiak berkesimpulan bahwa pikiran yang sehat adalah yang bisa mendeteksi kehadiran Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Pikiran sehat ditandai dengan bergeraknya sensor-sensor ke-Tuhan-an dalam pikiran. Sensor ketuhanan akan berwujud aktif mengikuti sifat-sifat Tuhan dengan manjadi manusia pengasih dan penyayang bagi seluruh alam, tidak hidup berlebihan, dan selalu taat pada aturan yang telah ditetapkan Tuhan. Orang yang pikirannya sehat bisa menghadirkan (seolah melihat) Tuhan dalam segala aktivitas kehidupannya, dan mampu mengimajinasikan bahwa Tuhan selalu mengawasi gerak-geriknya sehingga dirinya tidak bisa sedikit pun bersembunyi dari pengawasan Tuhan.
Memang benar, kita cenderung memandang syarat kesehatan calon pemimpin sebatas kesehatan fisik, tetapi kriteria kesehatan pikiran tidak pernah dipermasalahkan. Kelemahannya memang tidak ada alat yang bisa mendeteksi bahwa pikiran seseorang sehat atau sakit. Maka dari itu kesehatan ruhani (pikiran) hanya sebagai syarat di atas kertas menjadi seorang pemimpin dan menjadi retorika disetiap acara pemilihan pemimpin.
Selama ada keinginan, bukan tidak mungkin kesehatan pikiran seseorang bisa kita deteksi. Dalam hal ini para ahli otak di seluruh negeri bisa berkumpul dan membuat sebuah alat ukur untuk menentukan standar kesehatan pikiran.
Untuk sementara, kita bisa sepakati bahwa secara psikologis prilaku pikiran yang tidak terlihat adalah sumber dasar dari prilaku manusia yang terlihat. Ada pepatah mengatakan untuk memperbaiki yang terlihat (prilaku) harus memperbaiki yang tidak terlihat (pikiran).
Dengan demikian bisa kita sepakati juga bahwa mereka yang terlihat prilakunya tidak baik adalah ciri dari pikirannya tidak sehat. Kita sepakati saja, para pemimpin yang masih berdamai dengan praktek-praktek suap, korupsi, nepotisme adalah ciri dari para pemimpin yang pikirannya sakit. Demikian juga pemimpin yang masih mengharap prosentase dengan memangkas anggaran proyek dengan alasan untuk kepentingan partai atau golongan, bisa disepakati mereka adalah pemimpin yang pikirannya sakit. Sepakati juga, para pemimpin yang masih berbelit-belit, kesulitan, untuk mengeluarkan kebijakan yang nyata-nyata dapat mensejahterakan rakyat, dia adalah pemimpin yang pikirannya sakit.
Sebagaimana orang-orang sakit badan, orang yang sakit pikirannya perlu berobat untuk menuju proses penyembuhan. Proses penyembuhan sakit pikiran sarananya sudah tersedia di rumah-rumah sakit. Namun kendalanya banyak yang tidak tahu bahwa pikirannya sakit.
Untuk itu, Tuhan memerintahkan, kenalilah diri mu sendiri supaya kamu mengenal Aku. Inilah cara untuk mendeteksi apakah pikiran kita sakit dan sekaligus obat untuk mengobatinya. Tempat-tempat pengobatan penyakit pikiran itu tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu rumah-rumah Tuhan (masjid) yang harus kita kunjungi minimal lima kali sehari.
Lalu siapa saja orang-orang yang masih sehat pikirannya? Mereka adalah orang yang masih bergetar hatinya ketika disebut nama Tuhan. Mereka sedikit sekali tidurnya dan selalu membaca kehidupan atas nama Tuhan. Mereka akan menggunakan kekuasaan sebagai kesempatan emas untuk mensejahterakan kehidupan.
Para pemimpin yang sehat pikirannya akan memandang, sedekah terbesar (pengorbanan) pertama yang akan dilakukannya bukan mengeluarkan uang pribadinya, tapi memastikan uang negara yang melimpah melebihi kekayaan pribadinya itu, digunakan untuk kepentingan orang banyak, bukan masuk kantong-kantong pribadi.
Ibnu Qoyim berkata, “pikiran adalah asal segala kebaikan dan asal segala
keburukan, orang yang pikirannya selalu dalam kebaikan, akan melahirkan niat
baik, untuk berbuat baik”. Abdullah Bin Ahmad bin Hanbal dinasehati ayahnya,
“Hai anakku, selalu lah berniat kebaikan, karena kamu akan selalu diatas
kebaikan selama kamu selalu berniat baik”. Wallahu ‘alam.
salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment