WANITA diciptakan sebagai makhluk tahan derita. Dari fakta kehidupan perempuan mengalami masa-masa hidup yang berbeda dengan laki-laki. Perempuan mengalami siklus kehidupan yang lebih sulit dari kaum laki-laki. Masa-masa sulit tersebut seperti, perempuan mengalami masa haid, mengandung, melahirkan, menyusui. Masa-masa sulit ini mutlak tidak bisa dihindari oleh kaum perempuan.
Dalam kehidupan rumah tangga pun, perempuan mengalami masa-masa sulit seperti harus merawat dan mendidik anak dan menyiapkan makan untuk seluruh anggota keluarga, mengatur keuangan dan sebagainya. Kondisi sulit dalam rumah tangga bisa sedikit berkurang dengan mengajak laki-laki untuk bekerja sama.
Namun hidup memiliki kodrat-kodratnya masing-masing. Kodrat laki-laki berbeda dengan kodrat perempuan. Isu gender yang mencoba mendorong terus kaum perempuan bekerja di luar rumah tidak akan menjadikan kaum perempuan lupa pada kodratnya. Setelah pulang ke rumah naluri perempuan akan kembali, seperti ibu yang harus merawat anak dan mengatur rumah tangga. Naluri ibu ketika perempuan berada di rumah telah mendorong kaum perempuan untuk bekerja dua kali lebih banyak dari kaum laki-laki.
Pada tahun 2004 penelitian pemerintah AS menemukan bahwa rata-rata wanita kontemporer mereka bekerja dua kali lipat lebih banyak dari kaum laki-laki yang bekerja karena wanita juga melakukan tugas-tugas rumah tangga dan mengasuh anak. (Elison Katherine:2011). Penelitian ini membuktikan bahwa isu gender yang mendorong pertukaran peran antara laki-laki dan perempuan, telah menyebabkan wanita bekerja lebih berat dari laki-laki.
Setelah adanya gerakan persamaan gender, nasib kaum perempuan diakui menjadi lebih baik. Perubahan baik itu terlihat dari akses kaum perempuan terhadap dunia pendidikan. Setelah berpendidikan kaum perempuan memulai ikut berkarir dengan bekerja di luar rumah seperti laki-laki. Namun faktanya kaum perempuan tetap menjadi kelompok yang paling menderita. Mereka harus mengalami dua pekerjaan yaitu di rumah dan di tempat kerja. Dengan kondisi semacam ini jelas kaum perempuan memiliki beban hidup lebih berat di banding laki-laki.
Semua makhluk yang diciptakan Tuhan memiliki kodrat untuk tahan pada penderitaan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, ketahanan manusia dalam penderitaan dinamakan dengan adversity quotient. Keharusan manusia untuk bertahan terhadap penderitaan bisa kita temukan dalam firman Tuhan.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (Al Balad:4).
Ketahanan terhadap penderitaan dapat diartikan juga sebagai ukuran keberhasilan kaum laki-laki maupun perempuan. Semakin besar daya tahan derita semakin besar peluang keberhasilannya. jika sekarang kaum perempuan memiliki dua kali lipat beban kerja dari laki-laki, maka sebenarnya kaum perempuan memiliki daya tahan derita dua kali lipat dari laki-laki. Untuk itu peluang keberhasilan kaum wanita lebih besar dari kaum laki-laki. Maka bisa dipastikan bahwa keberhasilan masyarakat di zaman modern ini bukan keberhasilan kaum laki-laki tapi milik kaum perempuan.
Demikian juga dapat dipastikan, di zaman modern sekarang keberhasilan membina rumah tangga yang sejahtera adalah keberhasilan mutlak dari seorang wanita bukan laki-laki. Untuk itu tidak salah jika ada yang mengatakan dibalik keberhasilan laki-laki ada wanita hebat disampingnya.
Semestinya kaum laki-laki sadar, dirinya tidak berhak mengklaim keberhasilan di muka bumi ini milik laki-laki, sekalipun secara kasat mata banyak laki-laki tampil memimpin di muka bumi ini, kaum wanitalah yang paling menderita dalam mensejahterakan bumi ini. Maka kaum wanita lah yang paling berhak mengklaim keberhasilan di muka bumi ini.
Tidak salah jika banyak filsuf mengatakan bahwa kaum wanita adalah penyejahtera kehidupan di muka bumi ini. Sangat rasional juga jika Nabi Muhammad saw mewajibkan kepada umat untuk memberikan kemuliaan kepada kaum wanita tiga kali lipat dari pada kepada kaum laki-laki.
Wanita memang sudah ditetapkan Tuhan sebagai makhluk yang punya kelebihan berupa kemampuan bertahan dalam penderitaan. Hakikatnya daya tahan terhadap penderitaan adalah kemampuan manusia agar hidup lebih sejahtera. Kemampuan bertahan dalam penderitaan itu Tuhan berikan kepada kaum wanita. Sebagaimana Allah berfirman;
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (Al Ahqaaf:15).
Dua kali lipat daya tahan wanita terhadap penderitaan, diisyaratkan oleh Tuhan dengan kondisi susah payah yang dialami wanita dua kali, sebagaimana disebut dalam ayat di atas, yaitu ketika mengandung dan ketika melahirkan. Kalimat ini mengandung makna bahwa wanita memiliki kemampuan bertahan dua kali lipat dibanding laki-laki.
Faktanya sudah disebutkan melalui hasil penelitian bahwa wanita di zaman modern ini bekerja dua kali lipat lebih banyak dari kaum laki-laki. Bisa disimpulkan bahwa kesejahteraan di muka bumi ini hasil karya perempuan bukan laki-laki. Jadi sudah sepantasnya laki-laki memuliakan kaum wanita. Inilah peran gender yang sesungguhnya.
Salam sukses dengan Logika Tuhan, Follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment