Bagi
kaum muslimin, ada dua sumber hukum yang dijadikan rujukan beragama. Pertama
adalah Al-Quranul karim. Kedua Al Hadis berisi pemikiran, perkataan, yang
mencerminkan segala prilaku Nabi Muhammad saw. Kaum muslimin meyakini 100%
bahwa kedua sumber hukum tersebut saling menjelaskan. Namun kedudukan Al-Qur’an
menjadi sumber utama dan Al Hadis menjelaskan lebih praktis tentang kandungan
Al-Qur’an. Bahkan umat Islam yakin bahwa tafsir Al Qur’an yang paling mendekati
kebenaran adalah tafsir yang menggunakan hadis-hadis Nabi Muhammad saw.
Jika
di cermati dengan seksama tidak ada manusia cerdas seperti Rasulullah saw.
Bahkan penulis berani berpendapat Nabi Muhammad adalah manusia paling cerdas di
muka bumi ini. Dibanding dengan siapa pun IQ Nabi Muhammad saw adalah yang
terbaik dan pasti memiliki skor paling tinggi. Untuk itu, Beliau mampu
mengaplikasikan logika Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur’an ke dalam bahasa yang
mudah dicerna dan dipahami oleh umat manusia.
Coba
cermati dari beberapa contoh hadis Nabi Muhammad saw, di dalamnnya mengandung
logika Tuhan yang bersumber dari Al-Qur’an. Perhatikan beberapa hadis Nabi
Muhammad saw di bawah ini;
Barangsiapa melapangkan kesusahan
(kesempitan) untuk seorang mukmin di dunia maka Allah akan melapangkan baginya
kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat dan barangsiapa memudahkan
kesukaran seseorang maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat.
Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba yang suka menolong
kawannya... (HR. Muslim)
Orang yang memberi petunjuk kepada
kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya. (HR. Bukhari).
Janganlah kamu menjadi orang yang
"ikut-ikutan" dengan mengatakan "Kalau orang lain berbuat
kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun
akan berbuat zalim". Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip,
"Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau
orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya". (HR. Tirmidzi)
Ketiga
hadis di atas mengandung logika dari Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Dasar logikanya adalah jika berbuat kebaikan maka akan berbalas kebaikan
dan jika berbuat kejahatan maka akan berbalas kejahatan. Sumber logika yang
digunakan dalam hadis di atas terdapat dalam Al-Qur’an sebagai berikut;
Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka
kejahatan itu bagi dirimu sendiri,... (Al Israa:7)
Barang siapa yang datang dengan
(membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya
itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah
diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu,
melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al Qashash:84)
Maka,
bersumber dari logika dari Tuhan (Al-Qur’an) di atas, bunyi hadis Nabi Muhammad
saw dapat dipahami secara logis. Konstruksi logisnya bisa kita pahami sebagai
berikut;
Jika kebaikan
akan berbalas kebaikan, dan keburukan akan berbalas keburukan (baca: Al
Israa:7, Al Qashash:84), maka;
barangsiapa melapangkan kesusahan,
kesempitan seorang mukmin di dunia (KEBAIKAN)...
maka Allah akan melapangkan baginya
kesusahan (KEBAIKAN)... (HR. Muslim).
Anda saksikan,
kontrsuksi bunyi hadis yang dikemukan Nabi Muhammad saw, mengikuti konstruksi
logika yang terdapat dalam Al-Qur’an.
sumber photo: pixabay
Kontruksi hadis
berikutnya, jika kebaikan akan berbalas kebaikan, dan keburukan akan berbalas
keburukan (baca: Al Israa:7, Al Qashash:84), maka
orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan (KEBAIKAN)
sama pahalanya seperti orang yang
melakukannya (KEBAIKAN) (HR. Bukhari).
Konstruksi hadis
berikutnya, jika kebaikan akan berbalas kebaikan, dan keburukan akan berbalas keburukan
(baca: Al Israa:7, Al Qashash:84), Maka,
...teguhkanlah dirimu dengan berprinsip,
"Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami
tidak akan melakukannya". (HR. Tirmidzi)
Mengapa Nabi Muhammad
saw, mengajarkan agar kita berprinsip tetap baik ketika orang lain berbuat
kejahatan? Karena logikanya sudah jelas bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan
untuk kebaikan kita, dan kejahatan yang kita lakukan juga untuk kita. Maka kita
harus berprinsip tetap berbuat baik sekalipun orang berbuat jahat karena apapun
yang kita lakukan semuanya akan kembali pada diri kita. Jadi prinsipnya harus
tetap berbuat baik, agar hidup kita selalu mendapat kebaikan.
Sudah jelas bukan?
Maka kalau Anda mau menjadi manusia super cerdas seperti Nabi Muhammad saw, marilah kita
belajar logika Tuhan dari sumbernya yaitu Al-Qur’an. Sesungguhnya Nabi Muhammad
saw adalah contoh teladan bagi seluruh umat manusia dalam berlogika. Semua
kesesatan bersumber dari logika yang salah yaitu logika-logika yang tidak
bersumber dari Tuhan. Nabi Muhammad saw adalah Maha Guru Besar kita dalam
berlogika Tuhan.
No comments:
Post a Comment