Secara kebahasaan, kata khusyuk diartikan dengan tunduk, rendah hati, takluk, dan mendekat-- baik tunduk hati maupun tunduk badan. Khusyuk jika dikaitkan dengan suara berarti diam, dan jika dihubungkan dengan pandangan mata, berarti rendah. (Dr. Moch. Sholeh : 2012)
Imam Al-Ghazali
(dalam Dr. Moh Sholeh:2012), menyimpulkan hakikat khusyuk antara lain mencakup;
(1) kehadiran hati; (2) mengerti apa yang dibaca dan diperbuat; (3)
mengagungkan Allah swt; (4) merasa gentar terhadap Allah swt; (5) merasa penuh
harap kepada Allah swt; dan (6) merasa malu terhadap-Nya.
Untuk membantu
pemirsa, dari pengertian khusyuk di atas penulis mengambil dua pengertian
khusyuk, yaitu TUNDUK DAN PENUH HARAP.
Artinya orang-orang khusyuk dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-harinya yang
tunduk pada ketentuan-ketentuan Tuhan, dan Tuhan memenuhi hatinya dengan harapan.
Itu!
Para ulama
terdahulu sering membatasi pengertian khusyuk hanya terbatas pada aktivitas saat
melaksanakan shalat. Bagi penulis, khusyuk dalam shalat memiliki kaitan erat dengan
prilaku sehari-hari. Kaitan khusyuk dengan prilaku sehari-hari bisa dilihat
dalam firman Allah Swt;
“Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Al Ankabut
[29]: 45).
Merujuk pada surat
Al-Ankabut ayat 45, shalat merupakan satu paket atau memiliki efek akibat terhadap
perbuatan tidak keji dan munkar dalam prilaku sehari-hari. Artinya antara
shalat dengan perbuatan merupakan hal yang tidak terpisahkan. Shalat menjadi
sebab lahirnya prilaku-prilaku baik di masyarakat. Sangat logis jika Allah swt
berfirman,
“Sesungguhnya
beruntunglah (SUKSESLAH) orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk di
dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun [12]: 1-2).
Orang-orang
yang khusyuk dalam shalat jelas akan beruntung (sukses). Shalat akan mencegah seseorang
dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. Maka orang-orang yang tidak berbuat
keji dan munkar adalah mereka yang dijamin keselamatannya oleh Allah swt di
dunia dan dikahirat. Secara kasat mata, orang-orang yang baik prilaku
sehari-harinya adalah orang-orang yang dimuliakan oleh sesama manusia. Inilah
nilai keberuntungan yang dijanjikan Allah swt. bagi orang-orang yang khusyuk
dalam shalat dan prilakunya. Hubungan erat antara khusyuk saat shalat dengan prilaku
dijelaskan dalam hadis,
“di dalam
tubuh manusia ada segumpal daging, jika daging itu rusak maka rusaklah seluruh
tubuhnya, dia adalah hati”.
Hadis ini
menegaskan bahwa hati berdampak pada seluruh tubuh, dan tubuh kita adalah
pelaku segala perbuatan. Artinya jika hati khusyuk (tunduk dan penuh harap) ketika
shalat, maka otomatis prilaku sehari-harinya pun harus khusyuk (tidak keji dan
munkar).
Kesimpulan
akhir, antara shalat dan berprilaku hendaknya tidak dipahami secara terpisah. Untuk
itu khusyuknya shalat harus menjadi sebab baiknya prilaku kita sehari-hari di
masyarakat. Maka, mengukur kekhusyukkan shalat tidak hanya ditekankan pada saat
melaksanakan shalat, tetapi dapat dilihat akibatnya saat kita berprilaku di
masyarakat.
Jadi ukuran
seorang muslim yang khusyuk dalam shalatnya adalah mereka yang berakhlak baik
ketika bergaul di masyarakat. Mereka yang shalat dan tidak berakhlak baik dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat dapat dikatakan tidak khusyuk dalam
shalatnya.
Sesungguhnya
Allah swt tidak menciptakan jiwa terpisah dari tubuhnya, tidak menciptakan bumi
terpisah dari langitnya, semua diciptakan dalam keterpaduan. Tidak baik
memandang shalat sebagai kegiatan terpisah dari prilaku sehari-hari di
masyarakat. Inilah kunci sukses dari Tuhan mu.
Salam sukses
dengan logika Tuhan! Follow me @ logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment