Motivator yang satu ini memang
berbeda dengan motivator-motivator lainnya. Followernya jutaan orang bukan
hanya di dalam negeri (Indonesia) tapi di luar negeri. Acara Golden Ways yang diasuhnya dalam salah
satu televisi swasta, selalu menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh
orang-orang yang menginginkan kearifan dalam menghadapi kompleknya masalah kehidupan.
Mau tahu, mengapa perkataan-perkataan Mario Teguh bisa menghipnotis
jutaan orang? Rahasianya karena Mario Teguh membahasakan wahyu Tuhan (Al
Qur’an) ke dalam bahasa yang bisa dipahami dan dimengerti oleh semua kalangan.
Penulis belum pernah berkomunikasi langsung dengan Mario
Teguh (mudah-mudahan Allah mempertemukan). Penulis hanya akan mencoba
menganalisis gaya berpikir Mario Teguh dari sudut pandang Logika Tuhan yang
penulis kembangkan.
Dari pengamatan Penulis, Mario
Teguh yang berlatar belakang akademisi adalah penterjemah Al-Qur’an. Beliau
mencoba memahami Al-Qur’an dengan logikanya, kemudian menterjemahkan ke dalam
bahasa santun tanpa mengubah makna dasar dari bunyi ayat Al-Qur’an. Dalam gaya
komunikasinya Beliau tidak pernah menyebutkan bahwa perkataan ini bersumber
dari Al-Qur’an, tapi kalau kita perhatikan dia sering mengutif terjemahan
Al-Qur’an dalam bahasanya sendiri untuk menegaskan pendapatnya.
Kalau anda benar-benar
perhatikan, setiap perkataan Mario Teguh bersumber pada logika Al-Qur’an. Untuk
meyakinkan para pembaca, berikut ini akan penulis kutif beberapa pernyataan
Mario Teguh yang super dari tayangan rekaman MTGW di youtube, kemudian penulis
analisis dari mana sumber asal perkataan super itu hingga bisa keluar dari
mulut seorang Mario Teguh. Perhatikan !
PERTAMA
“Jika ingin sejahtera, sejahterakanlah orang lain” (Mario Teguh). Penulis
analisis, pernyataan ini bersumber dari logika Al-Qur’an, tepatnya dijelaskan
dalam surat Al-Baqarah ayat 261,
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Mengapa Mario Teguh berpendapat jika ingin sejahtera
harus mensejahterakan orang lain? Logikanya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah
ayat 261, bahwa jika kita mensejahterakan orang lain (menafkahakan harta di
jalan Allah atau sedekah), maka Allah akan mensejahterakan kita sampai 700 kali
lipat (Allah melipatgandakan ganjaran sedekah kita).
Logika dalam surat Al Baqarah ayat 261 juga
menjelaskan,tentang bunyi hadis Nabi Muhammad
saw, yang menyarankan kita untuk bersedekah jika ingin kaya. Jadi Pernyataan
yang dikemukakan Mario Teguh sebetulnya mengubah bahasa Al-Qur’an dan Hadist ke
dalam bahasa yang mudah dicerna. Dan itulah inti logika Tuhan yang penulis
maksud, karena logika ini bersumber dari Tuhan yang disampaikan kepada kita
semua melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad saw.
KEDUA
“Menginginkan yang lebih tinggi, kalau
gagal tetap lebih tinggi dari pada berhasil menginginkan yang rendah” (Mario
Teguh). Logika berpikir seperti itu didasari oleh pola pikir dari Al-Qur’an
surat Alam Nasyrah ayat 5-6,
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
Lihat cetak tebal. Dari ayat di atas keluar logika
bergiliran; kesulitan (level 1)---kemudahan (level 2)----kesulitan (level 3)----kemudahan
(level 4), kesulitan (level 5), kemudahan (level 6) dan seterusnya.
Bisa Anda lihat jika target keinginan Anda ada di level
6, maka gagal yang harus Anda lalui ada di level 5. Sebaliknya jika target
keinginan Anda ada di level 2, maka hanya 1 level kegagalan yang harus Anda
lalui. Maka jelas terlihat, jika kegagalan Anda ada di level 5 karena ingin
mencapai keinginan di level 6, maka kedudukan Anda lebih tinggi dari pada
berhasil hanya di level 2. Subhanallah!
Dari logika ini, Mario Teguh berkesimpulan, gagal
dalam meraih keinginan yang tinggi, kedududukannya lebih tinggi dari pada berhasil
meraih keinginan yang rendah. Ini!
KETIGA
“Untuk tahu
cinta seseorang itu palsu, itu kita harus membiasakan diri dengan cinta yang
asli di keluarga. Kita tidak biasa berhati-hati dengan itu, karena keluarga
lebih kelihatan masalahnya dari pada kebahagiannya. Ibu, jika masih ada, yang
kita ingati omelannya dari pada kasih sayangnya. Maka dari itu, “Pelajarilah cinta sebelum Anda dibutakan
oleh cinta”. (Mario Teguh). Logika ini dibangun oleh Al-Qur’an surat Al-Isra
ayat 23,
“...dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia”.
Dalam bahasa Mario Teguh, agar kita sebagai anak
berbakti kepada orang tua, kita diajak belajar mendeteksi cinta sejati di
lingkungan keluarga, yaitu cinta seorang ayah atau ibu kepada anaknya.
Maksudnya kita disuruh untuk memahami pengorbanan ibu bapak kita dalam
membesarkan kita. Dengan memahami ini, maka diharapkan setiap orang akan sadar
bahwa cinta sejati layak untuk diberikan kepada ibu dan bapak kita bukan kepada
orang di luar itu.
Namun apa daya, kita sering melihat kekurangan ibu,
bapak kita dari pada melihat kasih sayangnya yang tulus. Ada kalanya kita terjebak
oleh cinta palsu yaitu di saat pacaran. Kita tergila-gila memuja-muja, taat,
patuh, kepada pasangan. Dikatakannya, itulah cinta sejati, padahal itu palsu.
Belajarlah untuk melihat cinta sejati dari ibu dan
bapak kita disaat memelihara dan membesarkan kita, bukan selalu melihat kekurangannya.
Untuk itu Mario Teguh berkata, “pelajarilah cinta sebelum dibutakan
cinta”. Logika ini dibangun oleh pola
berpikir dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 216, “...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;”
KEEMPAT
“Kita selalu menyepelekan
yang kecil tetapi dampaknya besar”. (Mario Teguh). Logika ini diterjemahkan
oleh Mario Teguh dari Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 73.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka
dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain
Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka
bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (Al Hajj:73)
Seperti kita ketahui, ada manusia yang menyembah kepada
selain Tuhan. Mereka merayakan upacara penyembahan dengan pesta meriah, penuh
khidmat, dan sangat memuliakan sesembahannya. Padahal sesembahannya tidak
sedikitpun dapat membesarkan kehidupannya. Maka Allah membandingkan sesembahan
yang mereka sembah itu dengan seekor lalat yang hampir kita sepelekan
keberadaannya. Mereka yang menyembah dan disembah (selain Tuhan), lebih lemah
dari sesekor lalat.
“Dan jika
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu”. Subhanallah. Lalat itu sepele tapi punya kekuatan
besar dari pada sesembahan yang mereka agung-agungkan itu.
Logika berpikir di atas Mario Teguh aplikasikan
dalam membaca fenomena upacara perkawinan. Banyak orang membesar-besarkan,
mengaagung-agungkan pesta perkawinan, padahal yang lebih penting tapi sepele
dan itu diperintahkan oleh Tuhan adalah melakukan akad pernikahannya. Intinya dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad saw pernah
bersabda bahwa perkawinan yang sederhana mengundang keberkahan Tuhan! Jadi
sebetulnya upacara perkawainan itu adalah akad nikah. Selesai. Sederhana bukan?
Baik, kawan-kawan sekian dulu penjelasan dari
penulis, lain kali Insya Allah kita sambung lagi dengan analisa logika berpikir
Mario Teguh yang lainnya. Tentu dari sudut pandang logika Tuhan yang penulis
kembangkan dari kitab suci Al Qur’an.
Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @logika_Tuhan.
No comments:
Post a Comment