Isu gender awalnya seperti membela kaum perempuan. Isu gender bertujuan membantu kaum perempuan “tertindas” dan meningkatkan peran perempuan dalam kehidupan masyarakat. Faktanya diberbagai belahan dunia, setiap masyarakat punya cara dan tradisi dalam mendudukan status perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Diberitakan banyak perempuan yang hidupnya tertindas tidak boleh mendapatkan pendidikan, menduduki posisi kelas dua, tidak punya kekuasaan, dan menjadi korban kekerasan di rumah tangga.
Kedudukan perempuan di masyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan, budaya, dan agama. Di Indonesia, Ibu Kartini dianggap sebagai perempuan pemberontak terhadap tradisi masyarakat yang membatasi perempuan menjadi orang rumahan. Kartini dianggap sosok berjasa yang memperjuangkan kaum perempuan mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. Sampai di sini kami (laki-laki) setuju.
Selanjutnya isu gender mulai menyesatkan kaum perempuan ketika muncul tuntutan hak kaum perempuan dengan laki-laki sama. Tuntutan ini persis seperti propaganda kaum komunis yang menuntut persamaan kelas. Kaum komunis merampok kekayaan orang-orang kaya dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin dengan tujuan mewujudkan masyarakat tanpa kelas (sama rasa sama rata). Maka terjadilah konflik sosial antara kelas atas (kaya) dan kelompok bawah (miskin).
Apa jadinya? Kaum komunis berakhir dalam kehancuran, karena menentang kehendak Tuhan. Hidup harus memiliki perbedaan tingkatan. Tanpa perbedaan tingkatan dunia akan mengalami stagnasi dan kehancuran.
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain)... (Al Israa:21)
Sekarang tuntutan persamaan hak perempuan bukan hanya di pendidikan, tapi di pekerjaan, dan kekuasaan. Di keluarga, antara istri dan suami konflik karena sama-sama ingin memiliki kekuasaan. Karena merasa punya hak, istri tidak mau diatur suami, sudah pasti suami tidak mau diatur istri. Jadi siapa yang jadi pemimpin? Sedangkan dalam sebuah kelompok (keluarga) harus ada pemimpin. Banyangkan apa jadinya jika dalam sebuah kelompok, keluarga, lembaga, negara, tanpa ada pemimpin? Hancuuurrr....
Lalu karena pendidikannya tinggi, sekarang perempuan menuntut ingin bekerja keluar rumah seperti laki-laki. Katanya, “ingin jadi wanita karir”. Jadilah banyak perempuan bekerja di luar rumah karena ingin disebut wanita karir. Sementara menjadi ibu rumah tangga dianggap kerjaan orang rendahan dan diremehkan.
Karena perempuan dan laki-laki sama-sama mencari kerja, lapangan pekerjaan di luar rumah menjadi terbatas untuk laki-laki. Pencari kerja bertambah dua kali lipat karena perempuan ikut mencari kerja di luar rumah. Karena jumlah pencari kerja banyak, besaran gaji yang ditawarkan kepada laki-laki menurun tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan (istri) dan laki-laki (suami) menjadi harus sama-sama berada di luar rumah.
Lalu di rumah anak-anak sama siapa? Mereka tinggal sama pembantu dan baby sitter. Tugas menididik diserahkan kepada lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan di keluarga tidak ada, karena ibu dan bapak sibuk di luar rumah. Sadarilah, isu gender sebenarnya telah berhasil mengacaukan sistem kehidupan keluarga, dan berdampak pada penurunan kualitas hidup di masyarakat dan negara.
Taatilah ketentuan dari Tuhan mu...ini ketentuan gender dari Tuhan.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), (An Nisaa:34).
Sadarilah dirimu adalah wanita. Dibesarkan oleh adat dan kodrat dari Tuhan mu. Kalian tidak bisa menunut sama seperti kaum laki-laki. Kodrat mu berhak mendapat pendidikan yang terbaik untuk mendidik anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin besar dan ibu-ibu yang baik untuk generasi kemudian. Sedangkan kami (laki-laki) diperintahkan oleh Tuhan untuk mencari penghidupan di luar rumah agar bisa memuliakan dan mensejahterakan kalian (perempuan)....
Kami (laki-laki) akan berusaha sekuat tenaga tetap taat pada perintah Tuhan.
Kemudian jika mereka (wanita) menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. (An Nisaa:34)
Permasalahan kalian ada pada kami yang kurang taat pada Tuhan. Doakan lah kami (laki-laki), menjadi pemimpin-pemimpin adil. Kunci keberhasilan kami (laki-laki) ada pada diri kalian (perempuan). Jangan didik kami, jadi laki-laki pembangkang.
Dengan tuntutan persamaan hak, kami merasa kasihan, sekalipun kalian telah bekerja di luar rumah menjadi wanita karir, tetap saja kodrat memanggil kalian untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Itu harus kalian kerjakan saat pulang kerja di luar rumah. Dengan persamaan gender, pekerjaan kalian menjadi dua kali lipat (double job). Kalian harus hamil dan berkarir, menyusui dan berkarir, memasak dan berkarir, mencuci pakaian dan berkarir, mencuci piring dan berkarir, mendidik anak di rumah dan berkarir.
Sementara kodrat kami (laki-laki) adalah bekerja keras sekeras kerasnya di luar rumah dan istirahat di rumah. Mungkin kalian (perempuan) perlu lebih bijaksana atas tuntutan kalian. Mana yang kalian pilih, disejahterakan Tuhan atau mengikuti hawa nafsu mu? Surely...I love you. Percayalah kepada Tuhan mu, Dia tidak akan menyakitimu.
Yang akan menyakiti kalian (perempuan) adalah mereka yang kalian lahirkan dan kalian abaikan di rumah atas nama persamaan gender. Mohon ampun dan kembalilah kepada Tuhan mu. Salam sukses dengan logika Tuhan. Loving you...follow me @logika_Tuhan
No comments:
Post a Comment