“Agama
adalah candu masyarakat”, begitu kata orang-orang Atheis. Pernyataan ini sangat
provokatif. Menyamakan agama dengan candu sama dengan merendahkan kedudukan
orang-orang beriman.
Tapi
apa alasan kelompok Atheis mengatakan agama adalah candu? Ketika itu mereka
melihat, orang-orang beriman yang taat pada ajaran agama hidup menjauhkan diri
dari kehidupan dunia. Waktu mereka habis untuk berdoa, berdzikir, sampai lupa
bekerja. Karena kebanyakan waktu berdoa, kelompok Atheis menilai orang-orang beriman
sebagai kelompok pemalas, anti perubahan, dan tidak mau berjuang keras untuk kepentingan
dunia. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan hidup kelompok Atheis yang
pada saat itu sangat menginginkansebuah perubahan dalam waktu cepat (revolusioner).
Karena
bertentangan dengan pandangan hidup kelompok Atheis, orang-orang beriman pada
saat itu disamakan dengan para pemakai candu. Para pemakai candu asyik menikmati
candunya sendiri (fly), dan tidak lagi peduli dengan kehidupan sekitar. Para
penikmat candu, selalu asyik menimati candunya, mereka menjadi pemalas, dan lebih
senang menikmati ekstasi kehidupan sebagai efek dari candunya.
Pandangan
kelompok Atheis sah-sah saja. Pandangan mereka terbatas dari apa yang mereka
lihat (materialis). Tapi sebagai umat beragama perlu juga instrospeksi diri. Jangan
sampai kita bertindak ekstrim, terlalu mengutamakan kehidupan akhirat,
terus-terusan shalat, berdoa, dzikir, dan mengasingkan diri dari kehidupan
dunia. Tuhan tidak mengajarkan demikian. Tuhan menganjurkan hidup seimbang.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi...”. (Al-Qashash : 77)
Perihal
agama sebagai candu, pandangan orang-orang Atheis tidak salah-salah amat. Menurut
pandangan saya, sudah seharusnya agama itu menjadi candu, dalam arti yang
menyebabkan manusia ketergantungan pada Tuhan. Tidak ada yang patut disembah
dan tempat kita bergantung kecuali Tuhan. Perhatikan bunyi ayat di bawah ini,
“Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu”. (Al Ikhlash:1-2)
Maka
siapakah manusia-manusia yang dikehendaki Tuhan di dunia ini? Dialah yang hidupnya
ketergantungan (kecanduan) pada Tuhan. Mereka yang kecanduan Tuhan, sepenuhnya
menggantungkan diri pada kehendak Tuhan.
Mereka
yang tergantung pada Tuhan tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Mereka bekerja keras untuk urusan dunia seperti akan hidup selamanya, dan
bersungguh-sungguh untuk urusan akhirat seolah-olah akan mati besok. Hidup mereka
seimbang, mencari kehidupan akhirat tanpa melupakan dunia.
Jadi
sudah seharusnya agama menjadi candu, dalam arti membuat manusia selalu tergantung pada
Tuhan. Kalau agama belum jadi candu (membuat diri Anda tergantung pada Tuhan),
justru Anda belum beragama dengan baik. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment